STRATEGI MISIOLOGIS DALAM KONTEKS KEBERAGAMAN BUDAYA DI PEMATANG SIANTAR

Authors

  • Sunggu Sirait Institut Agama Kristen Renatus Pematang Siantar

DOI:

https://doi.org/10.31004/jrpp.v7i3.33164

Keywords:

Misiologis; Budaya; Pematang Siantar

Abstract

Pematang Siantar, sebagai kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Utara, menonjol dengan keberagaman budaya dan agama yang kompleks. Kota ini dihuni oleh berbagai etnis seperti Batak, Tionghoa, Jawa, dan lainnya yang hidup berdampingan. Beragam agama seperti Kristen, Islam, Buddha, dan Hindu memiliki pengaruh signifikan terhadap dinamika sosial kota ini. Artikel ini mengeksplorasi strategi misiologi Kristen yang efektif dalam konteks keberagaman budaya di Pematang Siantar, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi, serta menawarkan rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas misiologi Kristen di kota ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan analisis dokumen sekunder. Wawancara dilakukan dengan misionaris, pemimpin gereja, dan anggota komunitas Kristen di Pematang Siantar. Observasi langsung dilakukan terhadap aktivitas gereja dan interaksi sosial di kota ini, sementara dokumen sekunder seperti laporan gereja dan literatur terkait dianalisis untuk mendapatkan wawasan tambahan. Data dianalisis menggunakan teknik analisis tematik untuk mengidentifikasi tema utama dan pola-pola yang muncul. Strategi utama yang diterapkan adalah kontekstualisasi, dialog antaragama, dan pemberdayaan komunitas. Kontekstualisasi mencakup penggunaan bahasa Batak dan elemen budaya dalam ibadah untuk membuat pesan Injil lebih relevan. Dialog antaragama dilakukan melalui diskusi bersama, seminar, dan proyek sosial lintas agama untuk mempromosikan toleransi dan kerjasama. Pemberdayaan komunitas mencakup program pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelatihan keterampilan kerja. Strategi-strategi ini efektif dalam meningkatkan penerimaan dan relevansi pesan Injil, namun menghadapi tantangan seperti perbedaan budaya yang mendalam, resistensi dari kelompok tertentu, dan keterbatasan sumber daya. Penelitian ini mengidentifikasi strategi misiologi Kristen yang efektif di Pematang Siantar dan tantangan yang dihadapi. Kontekstualisasi, dialog antaragama, dan pemberdayaan komunitas terbukti meningkatkan penerimaan dan relevansi pesan Injil. Namun, tantangan seperti perbedaan budaya, resistensi, dan keterbatasan sumber daya memerlukan pendekatan yang bijaksana dan adaptif. Penelitian ini memberikan wawasan bagi gereja-gereja dan misionaris untuk merancang strategi misiologis yang efektif dan sensitif terhadap keberagaman budaya dan agama di masyarakat.

References

Adeney, Frances S. (2009). “Why Biography? Contributions of Narrative Studies to Mission Theology and Mission Theory Contribution.” Mission Studies 26 (2), pp. 153–172. DOI 10.1163/016897809X12548912398758.

Aguilar, Filomeno V. Jr (2006). “Experiencing Transcendence: Filipino Conversion Narratives and the Localization of Pentecostal-Charismatic Christianity.” Philippine Studies 54 (4), pp. 585–627. DOI 10.13185/PS2006.544.

Altheide, David L., and John M. Johnson (2011). “Reflections on Interpretive Adequacy in Qualitative Research.” In Norman K. Denzin and Yvonna S. Lincoln, eds., The Sage Handbook of Qualitative Research. 4th ed. Thousand Oaks, CA: Sage, pp. 581–594.

Archer, Margaret S., Andrew Collier, and Douglas V. Porpora (2004). “Introduction.” In Margaret S. Archer, Andrew Collier and Douglas V. Porpora, eds., Transcendence: Critical Realism and God. London: Routledge, pp. 1–23.

Berger, Peter L. (1967). The Sacred Canopy: Elements of a Sociological Theory of Religion, Garden City, NY: Doubleday.

Bhaskar, Roy (2008). A Realist Theory of Science. 2nd ed, London and New York: Routledge.

Birks, Melanie, and Jane Mills (2011). Grounded Theory: A Practical Guide, London: Sage.

Bryant, Antony, and Kathy Charmaz (2007). “Introduction: Grounded Theory Research: Methods and Practices.” In Antony Bryant and Kathy Charmaz, eds., The Sage Handbook of Grounded Theory. London: Sage, pp. 1–28.

Climenhaga, Alison Fitchett (2018). Pursuing Transformation: Healing, Deliverance, and Discourses of Development among Catholics in Uganda. Mission Studies 35 (2), pp. 204–224. DOI 10.1163/15733831-12341567.

Creswell, John W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. 4th ed, Thousand Oaks, CA: Sage.

Engelsviken, Tormod (2003). “Missio Dei: The Understanding and Misunderstanding of a Theological Concept in European Churches and Missiology.” International Review of Mission 92 (367), pp. 481–497. DOI 10.1111/j.1758-6631.2003.tb00424.x.

Green, Joel B. (2013). Why Salvation? Nashville: Abingdon Press.

Paas, Stefan, and Marry Schoemaker (2018). “Crisis and Resilience among Church Planters in Europe.” Mission Studies 35 (3), pp. 366. DOI: 10.1163/15733831-12341590.

Siburian, ESG., JB Sinaga, S Ariawan (2022). “Teaching Style as a Reflection of Understanding Christian Ethics.” EXOUSIA: Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1(2), pp 31-46.

Downloads

Published

2024-08-14

How to Cite

Sirait, S. . (2024). STRATEGI MISIOLOGIS DALAM KONTEKS KEBERAGAMAN BUDAYA DI PEMATANG SIANTAR. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran (JRPP), 7(3), 11932–11939. https://doi.org/10.31004/jrpp.v7i3.33164