KONSELING LINTAS BUDAYA
DOI:
https://doi.org/10.31004/jrpp.v6i4.23427Keywords:
Konseling, Psikologi, Lintas Budaya.Abstract
Dalam bidang konseling dan psikologi, pendekatan lintas budaya dipandang sebagai kekuatan keempat setelah pendekatan psikodinamik, behavioral dan humanistik (Paul Pedersen, 1991). Banyak pengarang menulis tentang konseling lintas budaya sering dari populasi minoritas mereka sendiri, mengartikan secara berbeda-beda sebagaimana keragaman dan perbedaan budayanya. Dalam konseling lintas budaya terlibat adanya relasi antara konselor dan konseli Bagaimanapun relasi yang terjadi dalam konseling adalah relasi dalam situasi kemanusiaan, artinya baik konselor maupun klien adalah manusia dengan karakteristiknya masing–masing, baik karakteristik kepribadiannya maupun karakteristik nilai, moral dan budaya yang dibawa masing– masing. Dengan demikian relasi konseling tidaklah sederhana. Konselor harus memiliki kesadaran adanya perbedaan karakteristik (pribadi, nilai, moral, budaya) antara dirinya dengan kliennya, serta menghargai keunikan kliennya. Perbedaan-perbedaan ini bagaimanapun akan mempengaruhi proses konseling. Di sinilah perlunya konseling berwawasan lintas budaya, yaitu konseling yang mengakomodasi adanya perbedaan budaya antara konselor dan klien. Konseling berwawasan lintas budaya efektif untuk mengeleminir kemungkinan munculnya perilaku konselor yang menggunakan budayanya sendiri (counselor encaptulation) sebagai acuan dalam proses konselingReferences
Dayakisni, Tri & Salis Yuniardi. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang. UMM Press
Dedi Supriadi. 2001. Konseling Lintas Budaya: Isu – isu dan relevansinya di Indonesia. Bandung. UPI
Gumilang, Galang Surya. 2015. Urgensi Kesadaran Budaya Konselor dalam Melaksanakan Layanan Bimbingan dan Konseling. Dalam Jurnal Guinea-Ilmu Pendidikan, Psikologi dan Bimbingan Konseling, Vol 2.2(2) 47—48 .
Hadiwinarto, 2018. Konseling Lintas Budaya Berbasis Sumber Daya Lokal dan Kebencanaan. (Online Journal) (diunduh 20 Oktober 2023). Tersedia dari: http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
Hays, Danica G. & Erford, Bradley T. 2010. Developing Multicultural Counseling Competence: A Systems Approach.New Jersey: Pearson.
Nugraha, Agung. 2012. Program Experiential Based Group Counseling Untuk Meningkatkan Kepekaan Multibudaya Calon Konselor (Penelitian Pra Eksperimen di Jurusan PPB FIP UPI Tahun Akademik 2011/2012). Tesis. Bandung: SPs UPI (tidak diterbitkan).
Nuzliah. 2016. Konseling Multikultural. Dalam Jurnal Educasi UIN Ar.Rainy, Vol 2 (2): 212-213.
Pedersen.P 1991. Counseling Across Cultures. East- West Center Book: University Press of Hawai
Pedersen, Paul B., Crether & Carlson. 2008 Inclusive Cultural Empathy; Making Relationships Central in Counseling and Psychotherapy. Washington D.C: APA.
Sue, D. W. & Sue, D. 2003. Counseling the Culturally Diverse; Theory and Practice. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Supriyatna, M. 2011. Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Syafri, Fatrida Anugrah, 2017. Pemantapan Psychological Self Concept Peserta Didik Minoritas Melalui Konseling Lintas Budaya Dan Agama. (Online Journal) (diunduh 20 Oktober 2023). Journal of Innovative Counseling: Theory, Practice & Research (2017), 1(1):78-79.
Wolfgang, J., Frazier, K., Olatunji, C.W., Barrett J. 2011. Developing Cross Cultural Competence: Applying Development and Prevention Ideals to Counseling Young Children. Association for Counselor Educators and Supervisors (ACES).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Abdul Basit
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.