NAGARI AIR BANGIS, PASAMAN BARAT: DARI POTENSI MENJADI DAYA TARIK WISATA UNGGULAN BAHARI MELALUI PELATIHAN PEMANDU SNORKELING BAGI KELOMPOK SADAR WISATA SEMBILAN NAGA
DOI:
https://doi.org/10.31004/cdj.v5i6.40376Keywords:
Program Kemitraan Masyarakat, Wisata Bahari, Snorkeling, Pasaman BaratAbstract
Kabupaten, Pasaman Barat merupakan Kabupaten ke-2 tertinggi penyumbang jumlah penduduk miskin di Sumatera Barat. Pada tahun 2022, angka kemiskinan Pasaman Barat masih tercatat sebesar 6,93 persen setara dengan 32.910 jiwa (BPS 2023). Selain permasalahan angka kemiskinan, angka pengangguran di Pasaman Barat tercatat 13.377 dari 223.000 orang angkatan kerja pada 2022. Beberapa penyebab tingginya angka penggangguran di Pasaman Barat adalah: lapangan kerja yang sedikit dengan tingkat populasi penduduk meningkat, tingkat pendidikan dan lapangan kerja tidak sesuai serta masih kurangnya keterampilan para pencari kerja. Salah satu kecamatan yang memiliki sumberdaya wisata yang potensial untuk dikembangakan sebagai destinasi wisata bahari adalah Kecamatan Sungai Beremas. Kecamatan Sungai Beremas hanya terdiri dari satu Nagari, yaitu Nagari Air Bangis. Nagari ini memiliki luas wilayah yang mencapai 440,48 KM2. Potensi wisata bahari ini belum dimanfaatkan sebagai usaha pariwisata yang dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian. Masyarakat Nagari Air Bangis masih bekerja pada sektor perikanan dan Perkebunan. Berbagai tantangan yang dihadapi masyarakat pesisir, khususnya di bidang perekonomian, menjadikan wisata bahari di kawasan pesisir yang mempunyai potensi besar untuk dapat dikembangkan (1). Upaya pemerintah untuk mendongkrak sektor pariwisata sudah dilakukan dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata di Nagari ini, dengan nama Pokdarwis Sembilan Naga Wisata Wisata yang dibentuk sejak tahun 2019. Kelompok Sadar Wisata ini belum banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah khususnya dari Dinas Pariwisata setempat. Pokdarwis belum diberdayakan sebagai pengelola kegiatan pariwisata di Nagari Air Bangis, khususnya wisata bahari yang sangat potensial. Dalam hal pengembangan sumberdaya manusia pariwisata, Pokdarwis Sembilan Naga Wisata Wisata sudah pernah diberikan pelatihan wisata selam (diving), dan sudah menghasilkan 6 (enam) orang penyelam berlisensi A1 (Open Water), dan salah seorang diantaranya sudah memiliki lisensi sebagai pemandu snorkeling. Namun hal ini tidak langsung membuat aktifitas wisata selam seperti snorkeling langsung berkembang. Pengembangan wisata bahari perlu dimulai dengan menberikan pelatihan berbasis kompetensi dan sertifikasi dibidang wisata selam, khususnya snorkeling yang aktifitasnya mudah untuk dilakukan oleh wisatawan. Anggota pokdarwis yang telah memiliki lisensi A1 (Open Water) maupun yang belum memiliki sertifikasi A1 perlu ditingkatkan kompetensinya menjadi pemandu snorkeling, agar dapat memberikan layanan kepemanduan snorkeling kepada wisatawan yang ingin melaksanakan aktifitas wisata snorkeling di kawasan wisata bahari Air Bangis. Selain itu, alat-alat snorkeling juga belum ada yang dimiliki oleh Pokdarwis Sembilan Naga Wisata Wisata, sehingga wisatawan juga sulit untuk memperoleh jasa penyewaan alat tersebutReferences
Ali MB, Quaddus M, Rabbanee FK, Shanka T. Community Participation and Quality of Life in Nature-Based Tourism: Exploring The Antecedents and Moderators. J Hosp Tour Res. 2022 Mar;46(3):630–61.
Rodríguez-Martínez RE. Community involvement in marine protected areas: The case of Puerto Morelos reef, México. J Environ Manage. 2008 Sep;88(4):1151–60.
Riyanto, Iqbal M, Supriono, Fahmi MRA, Yuliaji ES. The effect of community involvement and perceived impact on residents’ overall well-being: Evidence in Malang marine tourism. Cogent Bus Manag. 2023 Dec 11;10(3):2270800.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Pasaribu Pasaribu, Feri Fedian, Andri Gemaini
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.