PENCEGAHAN STUNTING MELALUI KUDAPAN: PEMBERDAYAAN KADER DI PONDOK PESANTREN AL HIKAM BANGKALAN
DOI:
https://doi.org/10.31004/cdj.v5i6.38779Keywords:
Stunting, Protein, Kudapan, Kader, Pondok PesantrenAbstract
Stunting adalah gagal tumbuh pada anak balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi jangka panjang, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) karena kekurangan unsur seng (Zn). Selain itu, stunting juga merupakan masalah gizi yang berlangsung lama. Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) yang dilakukan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa 27,67% anak di Indonesia mengalami stunting. Ini berarti bahwa 3 dari setiap 10 anak di Indonesia mengalami stunting. Mirisnya, angka ini masih di atas batas 20% yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO). Ada banyak penyebab stunting di Indonesia, termasuk faktor terdekat seperti status gizi ibu, praktik menyusui, dan praktik pemberian makanan pendamping. Sebuah penelitian juga mengungkapkan bahwa pengetahuan ibu tentang stunting masih tergolong rendah, sehingga perlu adanya upaya promosi kesehatan untuk mengurangi kasus stunting. Selain itu, ibu juga harus memahami bahwa asupan bahan makanan energi dan protein diperlukan guna pencegahan stunting. Asupan protein yang rendah merupakan faktor risiko kejadian stunting pada primer anak usia sekolah. Pemberian edukasi mengenai menu tinggi protein tidak hanya diberikan kepada ibu secara langsung, namun juga bisa diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang bisa diberikan edukasi adalah kader pondok pesantren, dimana mereka bisa memberikan pengaruh di lingkungan pondok, sekitar rumah, atau keluarga mereka sendiri. Atas dasar itulah, FK UNUSA terdorong untuk turut mengambil bagian dalam sosialisasi menu tinggi protein kepada pondok pesantren. Adapun pondok yang digandeng sebagai mitra adalah Pondok Pesantren Al Hikam Bangkalan. Pihak FK UNUSA mendorong Pondok Pesantren Al Hikam Bangkalan untuk berperan dalam menyediakan menu tinggi protein kepada para santri. Diperlukan pengabdian dan pendampingan lebih lanjut baik kepada para kader maupun asatidz/asatidzah, khususnya terkait strategi dalam meningkatkan konsumsi protein para santri di pondok pesantren.References
Almohaithef, M., & Elsayed, E. (2019). Health education in schools: An analysis of health educator role in public schools of Riyadh, Saudi Arabia. Saudi Journal for Health Sciences, 8(1), 31. https://doi.org/10.4103/sjhs.sjhs_4_19
Auvregne, I., & Minho, U. (2009). Working Together to Promote Teacher Education in the Field of Health Education and Health Promotion.
Vamos, S. (n.d.). Experiences of beginning health educators and changes in their high school students’ health behaviors and attitudes. Health Education Behaviour, 34, 376–389.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Nailul Huda

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.










