Pembinaan PEMBINAAN SIKAP TASAMUH DAN TAWASUTH PADA ANGGOTA PAC IPNU KECAMATAN TUNTANG, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2023

SIKAP TASAMUH DAN TAWASUTH

Abstract

Konteks untuk penelitian ini berkembang kasus-kasus intoleransi di Indonesia. Perbuatan-perbuatan seperti itu merupakan sebuah tindakan yang dapat mengakibatkan masalah besar bahkan dapat memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dari itu PAC IPNU Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang sangat memperhatikan hal tersebut, guna untuk menghilangkan perbuatan-perbuatan Intoleransi dan tindakan semena-mena terhadap orang lain maupun golongan dengan cara membuat gerakan-gerakan pembinaan mengenai tasamuh dan tawasuth khususnya buat kalangan anak muda atau pelajar. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan munculnya perlakuan anggota PAC IPNU dengan tasamuh dan tawasuth di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, dan 2. Variabel Pendukung dan Tantangan mensosialisasikan sikap tasamuh dan tawasuth anggota PAC IPNU di Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Metode untuk penelitian ini dikumpulkan melalui penelitian kualitatif deskriptif yang meliputi observasi, wawancara, dan pencatatan. Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah mengkarakterisasi informasi yang diberikan oleh informan, mereduksinya untuk digunakan peneliti, dan kemudian memvalidasi kesimpulan untuk memenuhi tujuan penelitian. Hasil temuan penelitian menyarankan bahwa: 1. Anggota PAC IPNU Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang perlu didorong untuk memiliki sikap tasamuh dan tawasuth dengan menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, nasehat, cerita, perumpamaan, reward, dan kegiatan pendidikan dan sosial seperti Masa Kesetiaan Anggota, Pelatihan Kader Muda, Bakti Sosial, Diskusi, Studi Banding, dan sebagainya. Selain itu, segala tuntunan dari sesepuh dan sesama anggota tergabung dalam meningkatkan sikap tasamuh dan tawasuth. 2. Faktor-faktor pendorong dan penghambat berkembangnya sikap tasamuh dan tawasuth di kalangan anggota PAC IPNU Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang antara lain, pertama, kondisi lingkungan yang kondusif, sarana dan prasarana yang memadai. Kedua, kurangnya kontak antar pengurus karena latar belakang pendidikan anggota yang beragam.