PEMAHAMAN PARTISIPASI PEMILIH PEMULA DALAM PEMILU 2024 DI SMAN 1 SEWON BANTUL YOGYAKARTA
DOI:
https://doi.org/10.31004/cdj.v5i6.37301Keywords:
Pemilihan Umum, Partisipasi Politik, Pemilih PemulaAbstract
Pemilu serentak akan digelar pada tahun 2024 tepat pada 14 Februari 2024. Praktis gelaran pesta demokrasi membuat antusiasme dikalangan para politisi berlomba-lomba dalam menggaet suara pemilih terutama pemilih pemula. Sejumlah survey menunjukkan generasi milenial dan generasi Z diprediksi menjadi kelompok pemilih dengan proporsi terbesar di pemilu 2024. Pemilih muda atau pemilih milenial merupakan pemilih dengan rentang usianya antara 17-37 tahun. Pada pemilu serentak 2024 diprediksi jumlah pemilih muda akan mengalami peningkatan. Jika berkaca pada pemilu serentak 2019, data dari KPU jumlah pemilih muda sudah mencapai 70 juta - 80 juta jiwa dari 193 juta pemilih. Ini artinya 35%-40% pemilih muda sudah mempunyai kekuatan dan memiliki pengaruh besar terhadap hasil pemilu yang nantinya berpengaruh kepada kemajuan bangsa. Tapi persoalan lain yang bisa terjadi pada keikutsertaan para pemilih pemula dalam pesta demokrasi itu, mereka juga bisa berpeluang menjadi penyumbang “golput” dalam pemilu 2024. Mengingat partisipasi politik generasi muda semakin potensial untuk mencapai pemilu yang berkedaulatan dalam meraih dukungan publik. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah upaya penyadaran peran partisipasi politik pemilih pemula yang akan memandu pemilih pemula untuk memilih calon yang punya visi dan misi yang baik serta berpihak kepada kepentingan generasi muda. Adapaun metode yang digunakan adalah dengan materi sosialisasi pemahaman kepemiluan dengan diskusi dan tanya jawab di kelas, dengan melakukan pengkuran serta evaluasi melalui pretest dan post test. Dan hasil pengabdian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan pengetahuan siswa-siswi terhadap pemilihan umum, dan kesadaran akan peran partisipasi politik pemilih pemula.References
Becerik, Ö. (2015). Civic education and learning democracy?: their importance for political participation of young people. 174(286), 544–549. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.703
Handoyo, E., Semarang, U. N., & Income, M. (2017). Pendidikan Politik (Issue November).
Husna, A. (2021). APATISME POLITIK PEMILIH PEMULA DAN PAPARAN DRAMA KASUS KORUPSI. Jurnal Source Ilmu Komunikasi • February 2019, April. Istikharah, A. (2019). PENDIDIKAN POLITIK BAGI MASYARAKAT SEBAGAI. NUSANTARA?: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 6(2), 314–328.
Prayudi. (2016). DALAM KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM ( Studi tentang Konsultasi Publik Masalah Pertambangan di Provinsi Bangka-Belitung dan Provinsi Kalimantan Timur ) ( Community ’ s Political Participation in Natural Resources Management?: Study on Public Consu. 7(23), 48.
Quintelier, E. (2007). Differences in political participation between young and old people. 13(2).
Ramadhanil, F., Junaidi, V., Pramono, S., & Widyastuti, R. (2015). DESAIN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANTAUAN PEMILU (S. Pramono & R. Widyastuti (eds.)). Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).
Sukma, P., & Wardhani, N. (2018). Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan. 10(1), 57–62.
Yanuarti, S. (2016). Golput dan Pemilu di Indonesia systematic intimidation by government to create victory for Soeharto regime While the increasing number of non voting behavior Golput in 2004 election was caused by people s disappointment to political institution of the gen. 48(3).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Arlis Prayugo
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.