RISK FACTORS OF PHYSICAL ENVIRONMENT AND SOCIOECONOMIC INCIDENCE OF DHF IN RIAU

Authors

  • Avisya Mutia Rani Master of Epidemiology Faculty of Public Health, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
  • Masrizal Masrizal Master of Epidemiology Faculty of Public Health, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
  • Ade Suzana Eka Putri Master of Epidemiology Faculty of Public Health, Universitas Andalas, Padang, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31004/prepotif.v9i3.51489

Keywords:

DHF, Climate, Wind Speed, Socioeconomic

Abstract

Di Provinsi Riau, kasus meningkat 1,5 kali lipat pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko lingkungan fisik dan sosial ekonomi terhadap kejadian DBD di Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakan desain studi ekologi. Sampel penelitian ini seluruh kasus DBD di Provinsi Riau tahun 2022-2024, data iklim dari Website NASA Power Prediction of Worldwide Energy Resources, data sosial ekonomi dari BPS Provinsi Riau. Analisis menggunakan analisis univariat, bivariat (korelasi), multivariat (regresi linear berganda), dan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban udara, curah hujan, kecepatan angin, dan tingkat kemiskinan dengan kejadian DBD di Provinsi Riau. Berdasarkan hasil pemetaan, Kota Dumai dan Kota Pekanbaru secara konsisten mencatat jumlah kasus DBD tinggi selama tiga tahun berturut-turut (2022–2024). Kota Pekanbaru dan Kota Dumai merupakan daerah endemis DBD di Provinsi Riau, dengan beban kasus tinggi dalam tiga tahun terakhir. Persebaran spasial kasus DBD mencerminkan adanya keragaman karakteristik lingkungan fisik dan sosial ekonomi antarwilayah. Kecepatan angin berperan penting dalam dinamika penularan karena dapat memengaruhi jangkauan terbang nyamuk Aedes aegypti, memperluas area potensial penularan, serta menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung aktivitas vektor. Oleh karena itu, strategi pengendalian DBD perlu difokuskan pada wilayah dengan risiko tinggi dan mengintegrasikan informasi iklim, termasuk kecepatan angin, ke dalam sistem kewaspadaan dini serta perencanaan intervensi berbasis risiko.

References

Anugrah Sidharta, A., Diniarti, F., & Darmawansyah. (2023). Analisis Spasial Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kota Bengkulu. Jurnal Vokasi Kesehatan (JUVOKES), 2, 43–56. Retrieved from https://journal.bengkuluinstitute.com/index.php/juvokes

Dwi Julianti, T., Ena Sari, R., Lesmana, O., Hidayati, F., & Eka Putri, F. (2023). The Relationship of Host and Environmental Factors to Events Dengue Hemorrhagic Fever. KESANS : International Journal of Health and Science, 2(12), 1046–1064. doi: 10.54543/kesans.v2i12.221

Fahliani, N., & Septiani. (2020). Pengaruh Substitusi Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Terhadap Sifat Organoleptik dan Kadar Kalsium Snack Bar. Jurnal Gizi dan Pangan Soedirman, 4(2): 216-228. https://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

Firdanti E., et al. (2021). Permasalahan Stunting pada Anak di Kabupaten yang Ada di Jawa Barat. Jurnal Kesehatan Indra Husada, hlm, 126-133. https://ojs.stikesindramayu.ac.id/index.php/JKIH/article/view/333

Hardiansyah, M., & Supriasa, I.D.N. (2016). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Heluq, D.Z., & Mundiastuti, L. (2018). Daya Terima dan Zat Gizi Pancake Substitusi Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L) dan Daun Kelor (Moringa Oleifera) sebagai Alternatif Jajanan Anak Sekolah. Jurnal Media Gizi Indonesia, 13(2): 133-140. https://doi.org/10.20473/mg.v13i2.133-140

Istiqomah, Finda. (2020). Pengaruh Substitusi Wijen Giling (Sesamum Indicum), Putih Telur dan Susu Skim Terhadap Mutu Organoleptik, Daya Terima, Kandungan Gizi dan Nilai Ekonomi Gizi pada Es Krim. Universitas Airlangga, Surabaya.

Krisnadi, A.D. (2015). Kelor Super Nutrisi. Blora: Morindo Moringa Indonesia.

Letlora, J.A.S., Sineke, J., & Purba, R.B. (2020). Bubuk Daun Kelor sebagai Formula Makanan Balita Stunting. Jurnal GIZIDO, 12(2): 105-112. https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/gizi/article/download/1256/877

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Laporan Tahunan 2022 Demam Berdarah Dengue.

Selni, P. S. M. (2020). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Pada Balita. Jurnal Kebidanan, 9(2), 89–96. doi: 10.35890/jkdh.v9i2.161

Sembiring, M. A., Agus, T. A., & Sibuea, M. F. L. (2021). Penerapan Metode Algoritma K-Means Clustering Untuk Pemetaan Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Journal of Science and Social Research, 4(3), 336–341. Retrieved from http://jurnal.goretanpena.com/index.php/JSSR

Setyaningsih, D., Haryanti, T., Azmiardi, A., Kesehatan, J., Veteran, U., & Sukoharjo, B. N. (2021). Hubungan Faktor-faktor Lingkungan Fisik dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Berkala (JIKeMB), 3(1), 30–40.

Widyantoro, W., Nurjazuli, N., & Darundianti, Y. H. (2021). Hubungan Faktor Cuaca dengan Kejadian Demam Berdarah di Kabupaten Bantul. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(4). doi: 10.30604/jika.v6i4.863

World Health Organization (WHO). (2022). Dengue.

Downloads

Published

2025-11-25

How to Cite

Rani, A. M., Masrizal, M., & Putri, A. S. E. (2025). RISK FACTORS OF PHYSICAL ENVIRONMENT AND SOCIOECONOMIC INCIDENCE OF DHF IN RIAU . PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 9(3), 7678–7686. https://doi.org/10.31004/prepotif.v9i3.51489