THE COMPARISON OF ATRACURIUM DOSES IN PRODUCING INTUBATION QUALITY, ONSET, DURATION OF MUSCLE RELAXATION IN SURGERIES WITH GENERAL ANESTHESIA

Authors

  • I Gede Juli Suastika Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • Bianca Jeanne Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • IGP Sukrana Sidemen Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • IGAG Utara Hartawan Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • Tjokorda Gde Agung Senapathi Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • I Made Gede Widnyana Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • I Putu Pramana Suarjaya Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • I Dewa Ayu Mas Shintya Dewi Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • Kadek Agus Heryana Putra Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali
  • Tjahya Aryasa EM Resident of at Department of Anesthesiology, Pain Management, and Intensive Care, Udayana University, Sanglah General Hospital Bali

DOI:

https://doi.org/10.31004/prepotif.v9i3.50077

Keywords:

anestesi, atracurium, kualitas intubasi, perioperatif

Abstract

Relaksan otot secara rutin digunakan selama anestesi umum untuk memfasilitasi intubasi endotrakeal dan mempertahankan kondisi kerja bedah yang optimal. Atracurium merupakan alternatif yang banyak digunakan dibandingkan rokuronium dan paling sering digunakan dalam anestesi umum untuk memfasilitasi intubasi endotrakeal serta memberikan relaksasi otot rangka selama ventilasi atau ventilasi mekanis. Pemberian atracurium dalam dosis tinggi yaitu 1 mg/kgBB (4ED95) dibandingkan dengan dosis umum 0,5 mg/kgBB (2ED95) dapat memberikan waktu onset intubasi yang lebih cepat, durasi kerja obat yang lebih lama, kualitas intubasi yang lebih baik, serta kondisi hemodinamik yang cukup stabil. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni yang dilakukan di ruang operasi Bedah Sentral sebuah rumah sakit pendidikan, dimulai pada Juli 2024 hingga jumlah sampel penelitian terpenuhi. Populasi penelitian adalah pasien berusia 18–65 tahun yang akan menjalani operasi elektif dengan anestesi umum menggunakan laringoskopi intubasi endotrakeal. Analisis data dilakukan dengan bantuan SPSS versi 26, termasuk uji normalitas Shapiro-Wilk, uji Chi-square, dan uji berpasangan. Jumlah total subjek dalam penelitian ini adalah 38 pasien ASA I dan ASA II yang menjalani intubasi endotrakeal. Rerata waktu onset obat pada kelompok perlakuan adalah 133,21 ± 7,86 detik dan pada kelompok kontrol adalah 230,05 ± 33,45 detik. Rerata durasi kerja obat pada kelompok kasus adalah 72,95 ± 8,50 menit, sedangkan pada kelompok kontrol adalah 34,00 ± 5,42 menit. Tidak terdapat perbedaan signifikan pada stabilitas hemodinamik dan denyut nadi selama proses intubasi yang baik pada kedua kelompok. Kualitas intubasi sangat baik ditemukan pada 19 pasien (100%) di kelompok perlakuan dibandingkan dengan 4 pasien (21,1%) di kelompok kontrol.

References

Bartkowski, R. R., Witkowski, T. A., Azad, S., Lessin, J., & Marr, A. (1993). Rocuronium onset of action: A comparison with atracurium and vecuronium. Anesthesia & Analgesia, 77(3), 574–578. https://doi.org/10.1213/00000539-199309000-00025

Butterworth, J. F., Mackey, D. C., Wasnick, J. D., Morgan, G. E., Mikhail, M. S., & Morgan, G. Edward. (2020). Morgan & Mikhail’s clinical anesthesiology. McGraw-Hill Education.

Chalermkitpanit, P., Rodanant, O., Thaveepunsan, W., & Assavanop, S. (2020). Determination of dose and efficacy of atracurium for rapid sequence induction of anesthesia: A randomised prospective study. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology, 36(1).

Hampton, J. P., Hommer, K., Musselman, M., & Bilhimer, M. (2023). Rapid sequence intubation and the role of the emergency medicine pharmacist: 2022 update. American Journal of Health-System Pharmacy, 80.

Holkunde, R., Masur, S., Patil, B. A., Patil, C., Naik, D., & Lamani, S. (2022). Comparison of different doses of atracurium for quality of muscle relaxation during modified rapid sequence induction in emergency laparotomy: A prospective randomised double blind study. Indian Journal of Anaesthesia, 66(12).

Koh, K. F., & Chen, F. G. (1994). Rapid tracheal intubation with atracurium: The timing principle. Canadian Journal of Anaesthesia, 41, 688–693.

Lennon, R. L., Olson, R. A., & Gronert, G. A. (1986). Atracurium or vecuronium for rapid sequence endotracheal intubation. Anesthesiology, 64, 510–513.

Man, T. T., Cheng, J. K., Wong, K. L., Chen, C. C., Rau, R. H., Wu, K. H., et al. (2002). Tracheal intubation condition--a comparison between one minute after rocuronium alone, one minute after rocuronium combined with atracurium and one minute after atracurium with rocuronium at one minute priming interval. Acta Anaesthesiologica Sinica, 40, 179–183.

Pajeko, G. F., Diartama, A. A. A., & Darmita, I. M. P. (2023). Analisis Pengaruh Variasi Rekonstruksi Slice Thickness Dan Rekonstruksi Increment Terhadap Informasi Citra Anatomi Pemeriksaan MSCT Scan Sinus Paranasal Potongan Coronal Pada Kasus Rhinosinusitis Kronis Di RSUP Prof. Dr. IGNG Ngoerah. Journal of Educational Penelitian menggunakan etika sebagai berikut menurut Loiselle (2004, dalam Iman 2012)

Putri, Luh Gede Yunda Rustika, I. Putu Eka Juliantara, and I. Made Purwa Darmita. "The Effect of Slice Thickness Variation on The Anatomical Information of CT Scan Paranasal Sinus Coronal Section in Clinical Rhinosinusitis." Jurnal EduHealth 14.03 (2023): 1376-1381.

Rahayu, K. L. F ., & Hartanto, D. (2022). Seorang Laki-laki Usia 28 Tahun dengan Rinosinusitis Kronis: Laporan Kasus. Proceeding Book Call for Papers Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta, 638-647.

Ramadhani, Tezar Ridho, Siti Masrochah, and Ary Kurniawati. "Efektifitas Variasi Window Width Terhadap Informasi Anatomi CT Scan Sinus Paranasal Citra Jaringan Lunak Pada Kasus Sinusitis." Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD) 9.2 (2023): 80-87.

Samara, Anggita Putri, Budi Budi Sutikno, and Reny I’tishom. "Gambaran Derajat Keparahan Gejala Pasien Rinosinusitis Kronik di RSUD Surabaya Dr. Soetomo." Care Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan 8.2 (2020): 235-245.

Utami, A. D. (2019). Identifikasi Mikrobiom pada penderita Rinosinusitis Kronis dengan dan tanpa polip (telaah berdasarkan pemeriksaan Next Generation 16S Sequencing).

Xue, F. S., Zhang, Y. M., Liao, X., Liu, J. H., & An, G. (1999). Influences of age and gender on dose response and time course of effect of atracurium in anesthetized adult patients. Journal of Clinical Anesthesia, 11, 397–405.

Downloads

Published

2025-10-11

How to Cite

Suastika, I. G. J., Jeanne, B., Sidemen, I. S., Hartawan, I. U., Senapathi, T. G. A., Widnyana, I. M. G., … Aryasa EM, T. (2025). THE COMPARISON OF ATRACURIUM DOSES IN PRODUCING INTUBATION QUALITY, ONSET, DURATION OF MUSCLE RELAXATION IN SURGERIES WITH GENERAL ANESTHESIA. PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 9(3), 7185–7192. https://doi.org/10.31004/prepotif.v9i3.50077