KEMAUAN MEMBAYAR PELAYANAN KONSELING APOTEKER DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI

Authors

  • Albela Elsa Zhenita Program Studi Magister Manajemen Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
  • Tri Murti Andayani Program Studi Magister Manajemen Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
  • Susi Ari Kristina Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

DOI:

https://doi.org/10.31004/prepotif.v8i3.36569

Keywords:

kemauan membayar, konseling apoteker, pasien rawat jalan, puskesmas

Abstract

Berdasarkan PMK No. 74 tahun 2016 tentang Standart Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, konseling merupakan salah satu pelayanan farmasi klinis yang dilakukan oleh apoteker di puskesmas. Konseling obat di puskesmas Kabupaten Ngawi dilakukan oleh apoteker dan tenaga kefarmasian. Penelitian ini bertujuan mengetahui willingness to pay pelayanan konseling apoteker, hubungan karakteristik sosiodemografi dengan willingness to pay, tingkat pengetahuan dan kepuasan terhadap willingness to pay. Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian ini melibatkan pasien rawat jalan di 10 Puskesmas Kabupaten Ngawi yang telah mendapatkan konseling obat. Data diambil dengan kuesioner kepada pasien rawat jalan menggunakan kuesioner karakteristik sosiodemografi, pengetahuan, kepuasan, dan willingness to pay. Penelitian ini melibatkan 204 responden didominasi oleh usia < Rp 15.000) sebesar 42,1% dan bersedia membayar tinggi (? Rp 15.000) sebesar 57,84%. Rata-rata (±SD) kemauan membayar pelayanan konseling apoteker pada pasien rawat jalan di puskesmas Kabupaten Ngawi sebesar Rp 15.863,95 (±Rp 6.064,31). Terdapat hubungan signifikan karakteristik sosiodemografi dengan willingness to pay pada jarak rumah ke puskesmas dengan riwayat penyakit kronis. Terdapat hubungan signifikan karakteristik sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan pada alamat, pendidikan terakhir, dan pendapatan. Terdapat hubungan signifikan antara karakteristik sosiodemografi dengan kepuasan pada usia, pendidikan terakhir, dan pengalaman mendapatkan konseling. Serta terdapat perbedaan rata-rata nilai willingness to pay pada karakteristik sosiodemografi kelompok usia, pendidikan terakhir, dan riwayat penyakit kronis.

References

AlShayban, D.M., Naqvi, A.A., Islam, M.A., Almaskeen, M., Almulla, A., Alali, M., dkk., (2020). Patient Satisfaction and Their Willingness to Pay for a Pharmacist Counseling Session in Hospital and Community Pharmacies in Saudi Healthcare Settings. Frontiers in Pharmacology, 11: 138.

Bobinac., (2010). Willingness to Pay for A Quality-Adjusted Life-Year : The Individual Perspective. Value in Health 13, 1046-1055.

Gall - Elly., (2009). Definition, Measurement and Determinants of The Consumer's Willingness to Pay : A Critical Synthesis and Directions for Further Research. Recherce et Applications en Marketing, 24, 91-113.

Gheewala, P.A., Peterson, G.M., Zaidi, S.T.R., Jose, M.D., dan Castelino, R.L., (2018). Patient satisfaction with a chronic kidney disease risk assessment service in community pharmacies. International Journal of Clinical Pharmacy, 40: 458–463.

Gladding., (2004). What Is Counseling?, in: Counseling : A Comprehensive Profession, Upper Saddle River, N. J, Merril/ Prentice Hall, pp. 6-7

Handayani., (2009). Persepsi konsumen apotek terhadap pelayanan apotek di tiga kota di indonesia : Makara Kesehatan. 13, 22-26

Harlianti, M.S., Andayani, T.M., dan Puspandari, D.A., 2016. Pengaruh Kepuasan Terhadap Kemauan Membayar (Willingness To Pay) Jasa Pelayanan Konseling Oleh Apoteker Di Apotek. Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi, 4: 26–30.

Harlianti, M.S., Andayani, T.M., dan Puspandari, D.A., 2019. Willingness to Pay Pelayanan Konseling Apoteker di Apotek di Kecamatan Polokarto Tahun 2016. Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia, 15: 37–41.

Harlianti, M.S. dan Novitasari, K., 2020. Kepuasan Dan Kemauan Membayar (Willingness To Pay) Jasa Pelayanan Konseling Apoteker Di Surakarta.

Hartini., 2010. Pelaksanaan standar pelayanan kefarmasian di apotek di sleman dan yogyakarta

Hendriyanto., 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pasien Instalasi Rawat Jalan RSD Ciawi Kabupaten Bogor tahun 200, Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Herold., 2010. Patient Willingness to Pay for A Kidney Transplantation. American Journal of Transplantation. 1394-1400. doi:10.1111/j.1600-6143.2010.03113.x

Hospital Tawau dan Cheah, M.F., 2018. Public Perception of the Role of Pharmacists and Willingness to Pay for Pharmacist-provided Dispensing Services: A Cross-sectional Pilot Study in the State of Sabah, Malaysia. Malaysian Journal of Pharmaceutical Sciences, 16: 1–21.

Jaber, D., Aburuz, S., Hammad, E.A., El-Refae, H., dan Basheti, I.A., 2019. Patients’ attitude and willingness to pay for pharmaceutical care: An international message from a developing country. Research in Social and Administrative Pharmacy, 15: 1177–1182. Kemenkes RI., 2016. Peraturan Menteri Kesehatan N0. 74 tahun 2016 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta Ko., 2012. Willingness to Pay For Potential Enhancements to A Low-Cost Cataract Surgical Package in Rural Southern China. Acta Ophtalmologica. E54-e60. doi:10.1111/j.1755- 3768.2011.02207.x

Kotler and Keller., 2009. Creating Customer's Value Satisfaction and Loyalty, in : A Framework for Marketing Management. Prentice Hall, p. 62. Mashuda., 2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Palaian., 2006. Patient counseling by pharmacist - A Focus on Chonic Illnes. Pak J Pharm Sci 19, 65-72. PEIPB., 2005. Guidelineson Counseling. http://napra.ca/content_files/files/standardguidelines/guidelines-on-counseling.pdf

Reddy, Vaidya., 2005. How Community Pharmacists Can Promote Patient Counseling, In: Counselling, Condordance and Communication Innovative Education for Pharmacist. FIP and IPSF, pp 29-35

Rosmalinda, D., Ningrum, W.A., Muthoharoh, A., dan Permadi, Y.W., 2023. Faktor-faktor Swamedikasi Yang Memengaruhi Tingkat Pengetahuan Siswa SMK Jurusan Farmasi Se- Kabupaten Pekalongan Yang Tersuspek COVID-19 Dimasa Pandemi. Prosiding University Research Colloquium, 369–376.

Shafie, A.A. dan Hassali, M.A., (2010). Willingness to pay for a pharmacist’s dispensing service: a cross-sectional pilot study in the state of Penang, Malaysia. Pharmacy Practice, 8: 116–121.

Supardi., (2011). Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan Kebutuhan Pelatihan Bagi Apotekernya. Buletin penelitian sistem kesehatan. 39, 138 - 144.

Terrie., 2008. 10 behaviour of effective counselors, http://www. pharmacytimes.com/publications/issue/2008/2008-05/2008-05-8527

Wegwood and Sansom., (2003). Willingness to Pay Surveys - A Streamlined Approach - Guidance Notes for Small Town Water Service. WEDC Loughborough University, United Kingdom.

Downloads

Published

2024-11-27

How to Cite

Elsa Zhenita, A., Andayani, T. M. ., & Kristina, S. A. . (2024). KEMAUAN MEMBAYAR PELAYANAN KONSELING APOTEKER DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI. PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 8(3), 5890–5895. https://doi.org/10.31004/prepotif.v8i3.36569