MENELISIK JEJAK PROF. DR. HAMKA: PERJALANAN DAKWAH DI MASJID AGUNG AL-AZHAR DAN CORAK TAFSIR AL-AZHAR

Abstract

Spirit wilayah spiritualitas di Indonesia cukup tinggi hingga mendorong umat untuk terus mengaplikasikan diri sebagai hamba yang taat dengan perintah Allah swt. Pasca kemerdekaan RI 1945, masyarakat sudah tidak sabar menginginkan masjid yang dapat menampung lebih banyak jamaah dan khusus diperuntukkan dakwah islamiah. Melalui Dr. Sjamsudin, Menteri Republik Indonesia kala itu, terciptalah proyek besar Masjid Agung Al-Azhar yang selanjutnya diketuai oleh Prof. Dr. Hamka, disaksikan pula perjuangannya oleh Syeikh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Perjalanan tumbuh dan berkembangnya masjid tersebut tidaklah mudah di samping pergerakan dakwah secara inklusif yang diterapkan oleh Hamka. Perseteruan komunis dengan umat Islam saat itu membuat Hamka juga titahnya baik melalui media majalah juga ceramah di masjid-masjid menjadi incaran keras Partai Komunis Indonesia. Hingga pada tahun 1964, Hamka dipenjara atas tuduhan berafiliasi dengan kelompok yang hendak membunuh Presiden Soekarno. Lama dipenjara selama dua tahun, justru mensiasati Hamka menciptakan karya terbesarnya, Tafsir Al-Azhar. Karya dengan corak sosial kemasyarakatan (adabi ijtima’i) ini mayoritas menjawab penuh problematika masyarakat saat itu. Sasaran dari konsumsi pembaca tafsir ini juga bangsa Indonesia sendiri yang saat itu sedang berjuang melawan penjajahan luar hingga musuh dari bangsanya sendiri. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan studi keperpustakaan yang memuat sumber primer salah satunya kitab Tafsir Al-Azhar dan didukung dengan sumber lainnya dari buku muatan tafsir, jurnal tentang sejarah, dan lainnya. Hasil penelitian melihat bahwa hingga kini Masjid Agung Al-Azhar juga tafsir Buya Hamka terbukti mampu menyelami dakwah di Nusantara dan berdampak besar pula dalam dunia pendidikan di Indonesia.