KORELASI SEBARAN TITIK PANAS DENGAN KUALITAS UDARA DI KOTA PEKANBARU
DOI:
https://doi.org/10.31004/prepotif.v7i1.6888Keywords:
ISPU, kebakaran hutan dan lahan, kulitas udara, titik panasAbstract
Kota Pekanbaru merupakan salah satu kota yang mendapatkan dampak bencana kabut asap selama 10 tahun terakhir. Selain karena kota ini terdapat titik panas, Pekanbaru juga dikelilingi kabupaten atau kota dengan titik panas yang banyak, sehingga jika terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), akan mendapatkan dampaknya, seperti pencemaran udara. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran keterkaitan keberadaan titik panas dan kualitas udara di Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data kuantitatif. Variabel penelitian adalah jumlah titik panas dan kondisi ISPU di Kota Pekanbaru. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder dari pencatatan instansi terkait dengan variabel penelitian. Analisis data terdiri dari analisis deskriptif dan uji korelasi speraman rho untuk melihat korelasi antara jumlah titik panas dan kualias udara di Kota Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan kualitas udara di kota Pekanbaru tahun 2018 dan 2020 berada pada kategori baik dan sedang sepanjang tahun. Namun pada tahun 2019, adanya karhutla di Provinsi Riau, memengaruhi kualitas udara di Kota Pekanbaru dengan ISPU mencapai level tidak sehat sampai level berbahaya. Jumlah titik panas di Kota Pekanbaru tahun 2019 hanya terpantau 4 titik, namun, secara keseluruhan jumlah titik panas di Provinsi Riau tahun 2019 mencapai 3716 titik yang berdampak terhadap kejadian kebakaran dan asapnya sampai ke kota Pekanbaru. Terdapat korelasi positif antara jumlah/keberadaan hotspot dan kondisi ISPU yang buruk di kota Pekanbaru, terutama pada tahun karhutla.References
Achmadi UF. (2012). Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Raja Grafindo.
Afriyani, F., Purwaningsih, E. (2019). Analisis jumlah sebaran hotspot terhadap nilai ISPU di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Kapita Selekta Geografi, 2(7), 26-38.
Anggaraini, I.M., Sutomo, A.H, Sukandarrumidi. (2016). Pengaruh kabut asap pada pneumonia balita di Kota Pontianak. Berita Kedokteran Masyarakat, 32 (4), 113-118.
Arofah, L. M., Khambali, & Rachmaniyah. (2018). Analisis risiko kadar gas hidrogen sulfida (H2S) pada masyarakat sekitar pabrik bioethanol (Studi Kasus: Pabrik Bioethanol PT. Energi Agro Nusantara Kecamatan Gedeg Kabupaten Mojokerto Tahun 2018). Gema Kesehatan Lingkungan, 16 (1), 110-117.
ATSDR. (2016). Division of toxicology and human health sciences. Departement of Health and Human Services, Public Health Service. http://atsdr.cdc.gov.
Awaluddin, A. (2016). Keluhan kesehatan masyarakat akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Kota Pekanbaru. Jurnal Endurance, 1(1), 37-46.
BMKG. (2020). Istilah dalam informasi iklim. [disitasi 12 September 2022]. Tersedia di: http://iklim.ntb.bmkg.go.id/pemahaman-iklim.
CNN Indonesia. (2019). Membandingkan Karhutla di Indonesia Pada 2015 dan 2019 [disitasi 14 Januari 2020]. Tersedia di: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190918104533-199-431485/membandingkan-karhutla-di-indonesia-pada-2015-dan-2019.
Kartikasari, D. (2020). Analisis faktor-faktor yang memengaruhi level polusi udara dengan metode regresi logistik biner. Jurnal Ilmiah Matematika, 8 (1), 55-59
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, (2020). Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Sebagai Informasi Mutu Udara Ambien Di Indonesia. [disitasi tanggal: 2 September 2022). Tersedia di: https://ditppu.menlhk.go.id/portal/read/indeks-standar-pencemar-udara-ispu-sebagai-informasi-mutu-udara-ambien-di-indonesia.
Koplitz, S.N., Mickley, L.J., Marlier, M.E., Buonocore, J.J., Kim, P.S., Liu, T., et al. (2016). Public health impacts of the severe haze in Equatorial Asia in September–October 2015: demonstration of a new framework for informing fire management strategies to reduce downwind smoke exposure. Environmental Research Letters, 11(9):094023.
Kunii, O., Kanagawa, S., Yajima, I., Hisamatsu, Y., Yamamura, S., Amagai, T., et al. (2002). The 1997 haze disaster in Indonesia: its air quality and health effects. Archives of Environmental Health: An International Journal, 57(1):16-22.
Kusumaningtyas, S.D.A., Aldrian, E. (2016). Impact of the June 2013 Riau province Sumatera smoke haze event on regional air pollution. Environmental Research Letters, 11(7):075007.
Rozi, F., Akbar, A.A., Kadaria, U. (2020). Hubungan sebaran titik panas (hotspot) terhadap kesehatan masyarakat kota Pontianak. Jurnal Teknik Sipil, 20 (2).
Pan, Q., Yu, Y., Tang, Z., Xi, M., Zang, G. (2014). Haze, a hotbed of respiratory-associated infectious diseases, and a new challenge for disease control and prevention in China. American journal of infection control, 42(6):688.
Rowell, A., Moore, P.F., la Naturaleza, F.M.P. (2000). Global review of forest fires: Citeseer.
Tangang, F., Latif, M.T., Juneng, L. (2010). The roles of climate variability and climate change on smoke haze occurrences in Southeast Asia region. [diakses 3 September 2022]. Tersedia di: https://www.researchgate.net/publication/259973910_The_roles_of_climate_variability_and_climate_change_on_smoke_haze_occurrences_in_Southeast_Asia_region.
Wardhana, W.A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Zahtamal Zahtamal, Ridha Restila, Suyanto Suyanto, Elda Nazriati
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work’s authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).