Perbedaan Konsumsi Energi dan Protein Balita Stunting di Pedesaan dan Perkotaan

Authors

  • Nur Afrinis Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

DOI:

https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i2.2596

Keywords:

Konsumsi energi, konsumsi protein, balita stunting, pedesaan, perkotaan

Abstract

Masalah  gizi yang banyak terjadi di Negara berkembang adalah stunting. Pendek (stunting) pada balita disebabkan karena kurangnya konsumsi pangan dalam jangka waktu lama. Wilayah pedesaan memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi daripada perkotaan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan konsumsi energy dan protein balita stunting usia 24-59 bulan di pedesaan dan perkotaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu anak balita usia 24-59 bulan di Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang dan Kelurahan Labuh Baru Barat Puskesmas Payung Sekaki dengan jumlah yang masing-masing berjumlah 93 orang. Instrument yang digunakan adalah food recall 24 jam. Hasil Penelitian menunjukkan di pedesaan sebanyak 89 balita (95.7%) konsumsi energinya kurang dan 88 orang (94.6%) konsumsi proteinnya kurang. Di wilayah perkotaan sebanyak 70 balita (75.3) konsumsi energy kurang dan sebanyak 75 balita (80.6) konsumsi proteinnya kurang. Rata-rata konsumsi energi balita stunting di pedasaan adalah 84 kkal, sedangkan di perkotaan 103kkal.  Berdasarkan uji mann-whitney terdapat perbedaan asupan energy di pedesaan dan perkotaan (p-value = 0.000) dan perbedaan konsumsi protein di pedesaan dan perkotaan (p-value 0.004). Terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi dan protein balita usia 24-59 bulan di pedesaan dan perkotaan.

References

Afrinis, Nur, Besti Verawati, and Any Tri Hendarini. 2021. “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan Pada Masa Pandemi Covid-19.†PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat 5(1):304–10.

Anggraeni, Adisty C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta

Aridiyah, et al. 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. E-jurnal Pustaka Kesehatan, 3(1): 163-170.

Depkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Diana M. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana

Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. 2018. Prevalensi Status Gizi Di Kabupaten Kampar.

Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. 2018. Prevalensi Status Gizi di Kota Pekanbaru.

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Keputusan Menteri Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2011.

Hardinsyah, Supariasa DW. 2016. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): EGC

Hidayat A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI.(2017). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Pusat Data dan Informasi. Jakarta.

Kemenkes RI. 2019. Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Stunting di Indonesia. Jakarta.

Khomsan A. 2002. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kuku K, Nuryanto. 2011. Faktor Resiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun di Kecamatan Semarang Timur. Journal Of Nutrition College. 2(4): 523-530.

Lamid A. 2015. Masalah Kependekan (Stunting) pada Anak Balita.: Analisis Prospek Penanggulangannya di Indonesia. Bogor: PT Penerbit IPB Press.

Nadiyah. 2014. Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 0—23 Bulan. Jurnal Gizi dan Pangan. 9(2): 125-132.

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Price, D. L. & Gwin, J. F., 2014. Pediatric Nursing An Introductory Text. Canada: Elsevier.

Profil Kesehatan Indonesia. 2014 www.depkes.go.id diperoleh tanggal 1 April 2019.

Pusat Data dan Informasi. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Putri, Maya S., Nova Kapantow, and Shirley Kawengian. 2015. “Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Pada Anak Batita Di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow.†Jurnal E-Biomedik 3(2):1–

Ramayulis, R. 2018. Stop Stunting Dengan

Siagian A. 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta : Erlangga.

Soediyono Reksoprayitno,. 2009. Ekonomi Makro. Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE) : UGM.

Soetjiningsih. (2008). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:EGC.

Sugiono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumantri A. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID) : Kencana.

Sumathipala A, Siribaddana, S. 2004. Revisiting freely given informed consent. Role of an ombudsman. American Journal of Bioethics.4:W1–W7.

Supariasa, I Dewa Nyoman, et al. 2008. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID) : EGC.

Trisnawati M, dkk. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-59 Bulan di Desa Kidang Kecamatan Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah [Skripsi]. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Walyo Ungaran.

WHO. 2000. Management of Severe Malnutrition.

Widyaningsih N, et al. 2018. Keragaman pangan, pola asuh makan dan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan. Jurnal Gizi Indonesia. 7(1): 22-29.

Downloads

Published

2023-12-20

How to Cite

Afrinis, N. (2023). Perbedaan Konsumsi Energi dan Protein Balita Stunting di Pedesaan dan Perkotaan. PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 5(2), 1297–1302. https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i2.2596