DETERMINAN MASALAH GIZI BALITA

Authors

  • Liberty Barokah Prodi Kebidanan (D3)Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
  • Dewi Zolekhah Prodi Kebidanan (D3) Fakultas Kesehatan Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i2.2397

Abstract

Perkembangan fisik dan otak paling berkembang pesat pada lima tahun kehidupan pertama, untuk itu pada masa ini sangat penting terpenuhinya nutrisi yang baik dan berkualitas dengan dilihat dari status gizi anak. Status gizi akan mempengaruhi tinggi rendahnya risiko penyakit menular dan tidak menular serta mempengaruhi sejak usia dini hingga usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik masalah gizi balita di Yogyakarta. Jenis penelitian observasional dengan populasi seluruh ibu yang memiliki bayi dan balita di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah sampel 618. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling (quota sampling). Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil yang diperoleh mayoritas tingkat pendidikan orang tua sesuai dengan program pemerintah sebanyak 81,4%, pendapatan orang tua mayoritas lebih dari UMR sebanyak 53,1%, sebagian besar status imunisasi lengkap adalah 92,3%, mendapat ASI Eksklusif 86,9%, mayoritas BB lahir normal 89,7%, sebagian besar balita tidak memiliki penyakit 98,63%, status gizi normal (BB/U) dan (TB/U) paling mendominasi  yaitu 81,7% dan 74,8%. Karakteristik balita dengan masalah gizi  (BB/U) didapatkan masih terdapat 5,18% tingkat Pendidikan tidak sesuai program pemerintah , pendapatan orang tua mayoritas di bawah upah minimum sebanyak 11%, masih ada 2,59% balita dengan status imunisasi tidak lengkap,  3,72% balita tidak mendapatkan ASI eksklusif, 4,86% lahir dengan BBLR, 1,94% balita ada Riwayat penyakit. Karakteristik balita dengan masalah gizi  (TB/U) didapatkan masih terdapat 6,10% tingkat Pendidikan tidak sesuai program pemerintah , pendapatan orang tua mayoritas di bawah upah minimum sebanyak 15,37%, masih ada 3,25% balita dengan status imunisasi tidak lengkap,  4,38% balita tidak mendapatkan ASI eksklusif, 5,2% lahir dengan BBLR, 1,29% balita ada Riwayat penyakitMasalah gizi pada balita merupakan indikator pertumbuhan dan perkembangan dari janin hingga dewasa. Adanya keragaman karakteristik dan faktor penyebab masalah status gizi, maka sangat penting untuk meningkatkan skrining status gizi balita, sehingga jika diketahui sejak awal masalah yang muncul dapat segera ditangani dan balita bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. 

References

Agustina, S., & Rahmadhena, M. (2020). Analisis Determinan Masalah Gizi Balita. Jurnal Kesehatan, 11(1), 8–14.

Astuti, R. K., & Sakitri, G. (2018). Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah. Avicenna Journal of Health Research, 1(2), 13–26.

Cristina, R., Kapantow, N. H., & Malonda, N. S. H. (2016). Hubungan Antara Berat Badan LahirAnak Dengan Pemberian ASI Ekslusif Di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado. Kesmas, 5(1), 58–64.

Devriany, A., & Wardani, Z. (2018). Perbedaan Status Pemberian ASI Eksklusif terhadap Perubahan Panjang Badan Bayi Neonatus The Differences of Exclusive Breastfeeding for Neonates Length. MKMI, 14(1), 44–51.

Dewi, N. T., & Widari, D. (2018). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting pada Baduta di Desa Maron Kidul Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Amerta Nutr, 373–381.

Dinkes DIY. (2020). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Yogyakarta.

Hamid, N. A., Hadju, V., Dachlan, D. M., Jafar, N., & Battung, S. M. (2020). Hubungan Pemberian ASI EKslusif Dengan Status Gizi Baduta Usia 6-24 Bulan Di Desa Timbuseng Kabupaten Gowa. The Journal of Indonesian Community Nutrition, 9(1), 51–62.

Handini, D. (2013). Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe. Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kemenkes RI. (2016). Situasi Gizi di Indonesia. Kemenkes RI Pusat data dan Informasi.

Kemenkes RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020.

Kemenkes RI, K. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang Standar Antropometri Anak. 3, 1–78.

Lestari, N. D. (2016). Analisis Determinan Gizi Kurang pada Balita di Kulon. Indonesian Journal Of Nursing Practices, 1(1), 15–21.

Novitasari, D. (2012). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Yang Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Karya Tulis Ilmiah Universitas Diponegoro.

Par’i, H. M. (2017). Penilaian Status Gizi (Cetakan 20). ECG Penerbit Buku Kedokteran.

Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A. O., & Rahman, F. (2015). Riwayat Berat Badan Lahir dengan Kejadian Stunting pada Anak Usia Bawah Dua Tahun. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 10(2), 67–73.

Rumende, M., Kapantow, N. H., Punuh, M. I., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S. (2018). Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di Kecamatan Tombatu Utara Kabupaten Minahasa. Jurnal KESMAS, 7(4).

Sarlis, N., & Ivanna, C. N. (2018). Faktor Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Endurance, 3(1), 146–152.

Sholikah, A., Rustiana, E. R., & Yuniastuti, A. (2017). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita di Pedesaan dan Perkotaan. Public Health Perspective Journal, 2(1), 9–18.

Sudargo, T., Kusmayanti, N. A., & Hidayati, N. L. (2016). Defisiensi Yodium Zat Besi dan Kecerdasan. Gadjah Mada University Press.

Wellina, W. F., Kartasurya, M. I., & Rahfiludin, M. Z. (2016). Faktor Resiko Stunting pada Anak 12-24 Bulan. Jurnal Gizi Indonesia, 5(1), 55–61.

Downloads

Published

2023-12-20

How to Cite

Barokah, L., & Zolekhah, D. (2023). DETERMINAN MASALAH GIZI BALITA. PREPOTIF : JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 5(2), 1111–1117. https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i2.2397