HUBUNGAN BUDAYA DAN KONSUMSI GARAM BERYODIUM DENGAN KEJADIAN STUNTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NISAM ANTARA KABUPATEN ACEH UTARA

Authors

  • Eka Sutrisna Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Teknologi dan Sains, Universitas Bumi Persada
  • Kamalia Pohan dan Akper Yappkes Aceh Singkil
  • Yunitasari Yunitasari Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Teknologi dan Sains, Universitas Bumi Persada
  • Aula Aulia Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Teknologi dan Sains, Universitas Bumi Persada

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v6i2.45056

Keywords:

Culture, Iodized Salt, Stunting

Abstract

Stunting menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Kejadian stunting merupakan akibat dari berbagai faktor yang saling berkaitan, banyak faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu salah satunya faktor budaya, faktor konsumsi makanan, faktor pola asuh makan. Rendahnya asupan makanan dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan gizi kurang dan apabilan tidak cepat ditangani akan menjadi gizi buruk Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah Hubungan Budaya dan Komsumsi Garam Beryodium dengan kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Nisam Antara dengan menggunakan desain kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nisam Antara dengan jumlah sampel 49 orang responden dengan menggunakan total sampling. Pengambilan data awal pada bulan Juni dan Penelitian pada bulan November 2024. Analisa menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukan hubungan budaya dengan kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Nisam Antara Kabupaten Aceh Utara terdapat 3 faktor, yaitu faktor sosial, faktor nilai budaya dan gaya hidup, dan faktor religiusitas. Pada faktor sosial sebagain besar cukup sebanyak 20 responden (40,8%) dengan p value (0,001), faktor nilai budaya dan gaya hidup paling dominan negatif dengan 31 responden (63,3%) dengan p value (0,003) dan faktor religiusitas sebagain besar positif sebanyak 28 responden dari 49 responden (57,1%) dengan p value (0,001) dan ada hubungan Konsumsi Garam beryodium dengan kejadian stunting dengan p value (0,001). Diharapkan responden untuk lebih memperhatikan pertumbuhan anaknya agar anak yang normal tidak mengalami stunting dan anak yang stunting bisa memperbaiki perkembangan dan pertumbuhan tubuhnya.

References

Adriani. (2018). Perbedaan Karaktersitik Keluarga yang Memiliki Balita Stunting dan Non Stunting di Kelurahan Kartasura. Jurnal Gizi Dan Pangan. Vol 8 (1).

Andini Dian P, Indra Dewi et al. (2020). Hubungan Penggunaan Garam Beryodium dalam Keluarga dengan Kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Minasatene. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. Vol 15 (4).

Apulina J dan Hadi NE (2023). Faktor-Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Kejadian Stunting Pada Anak. Jurnal Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia. Vol. 6 No. 1: JANUARY 2023. https://doi.org/10.56338/mppki.v6i1.2911

Atmaita dan Zahraini. (2018). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Stunting pada Usia Toddler. Indonesia journal of nursing health science. 6(2).

Briliannita. (2022). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Usia Dini di Indonesia. Jurnal Obsesi. 08(01)

Cahyani VU. (2019). Analisis Faktor Pemberian Intervensi Gizi Spesifik pada Anak Usia 6-24 bulan dengan Kejadian Stunting Berbasis Transcultural Nursing. Universitas Airlangga Surabaya. Skripsi

Candrawati dan Mustika (2021). Bahan Pangan Gizi dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Dinas Kesehatan Aceh (2022). Riset Kesehatan Dasar Tahun 2022.

Elmianto, et al. (2020). Pola Asuh dengan Kejadian Stunting pada Balita di Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Kesehatan Manarang, vol 2 (1).

Hengky et al, (2022). Penurunan Masalah Balita Stunting. Tanggerang: persatuan ahlu gizi Indonesia. Henni Dkk. (2022). Permasalahan Stunting dan Pencegahannya. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 11(1): 225–229

Heri et al. (2022). The Correlation of Family and Household Factors on The Incidence of Stunting on Toddlers in Three Villages Sumberbaru Health Center Work Area of Jember. Journal of Agromedicine and Medical Sciences. 6(1)

Ibrahim I, Alam S & Adha Syamsiah Adhi Herlina (2020). Hubungan Sosial Budaya Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Desa Bone-Bone Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Tahun 2020. Jurnal Al Gizzai: Public Health Nutrition Journal Vol. 1, No. 1, Januari 2021 Page: 16-26.

Indriati. (2018). Hubungan Pola Asuh dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan di Wilayah Pesisir. Jurnal Ilmu Gizi. Vol 2 (2).

Irwan. (2017). Gambaran Status Gizi pada Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Bangko Kabupaten Rokan Hili. Jom Fk. 3(2) 1–14.

Kementerian Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita.

Kementerian Kesehatan RI. (2021). Situasi Balita Pendek (Stunting) Di Indonesia. Jakarta: Kemenekes.

Kusuma. (2018). Faktor Resiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-3 Tahun (Studi Kecamatan Semarang Timur). Journal Of Nutrition College. 04 (02).

Nusantri P (2022). Hubungan Konsumsi Garam Beryodium dengan Kejadian Stunting pada Balita di Kanagarian Balingka Kabupaten Agam. Human Care Journal. Vol 7 (3).

Riset Kesahatan Dasar. (2018). Badan Penelitian Dan Pengambangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, Jakarta

Sasmita. (2018). Metodologi penelitian ilmu keperawatan. 2nd edn. Jakarta: salemba medika.

Sorrenti, S. et al. (2021) ‘Iodine : Its Role in Thyrpid Hormone Biosynthesis and Beyond’, Nutrients, 13(4469).

Soetijono Blora. (2022). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Suiraoka. (2018). Penyakit Degenerativ; Mengenal Mencegah dan Mengurangi Faktor Resiko 9 Penyakit Degenerativ. Yogyakarta: Nuha medika.

Sulistiani et al. (2023). Kontribusi System Budaya dalam Pola Asuh Gizi Balita pada Lingkungan Rentan Gizi. Ekologi Kesehatan. Vol 11 (3).

Sugianti E. (2022). Hubungan Antara Pemakaian Garam Beriodium Dan Status Iodium Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Kesehatan Tambusai. Vol. 3 No. 4 (2022): Desember 2022, 692-700. https://doi.org/10.31004/jkt.v3i4.10584

UNICEF. (2017). Improving child nutrition: the achievable imperative for global progress; UNICEF: New York, NY, USA. Joint child malnutriotion estimatesm march 2017 edition.

Downloads

Published

2025-06-30

Issue

Section

Articles