GAMBARAN CROSSMATCH METODE COLUMN AGGLUTINATION TEST DENGAN INKUBASI DAN TANPA INKUBASI PADA PASIEN TALASEMIA

Authors

  • Latifah Sukma Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, Direktorat Pascasarjana, Universitas Sari Mutiara Indonesia1
  • Wahid Syamsul Hadi Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
  • Tri Dyah Astuti Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v5i4.37917

Keywords:

crossmatch, column agglutination test, inkompatibel, kompatibel

Abstract

Talasemia merupakan penyakit langka yang memiliki kelainan pada darah dan membuat penderitanya mengalami anemia parah serta memiliki resiko pembengkakan hati juga limpa. Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah yang menyumbang angka penyandang talasemia yang cukup besar di Jawa Tengah, setidaknya ada sekitar 220 pasien talasemia. Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk pasien talasemia yang dapat menyembuhkan secara total selain melakukan transfusi. Pemeriksaan pada crossmatch sampel pasien talasemia sering terjadinya inkompatibilitas yaitu antigen pada darah donor dan antibodi pada serum pasien tidak bereaksi dengan optimal sehingga terjadi aglutinasi, karena pasien talasemia sering mendapatkan transfusi berulang sehingga membentuk antibodi baru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran crossmatch dengan inkubasi dan tanpa inkubasi pada pasien talasemia. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif kuantitatif experimental dengan desain One-shot case study. Pengambilan sampel dilakukan secara random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 14 sampel. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan hasil crossmatch menggunakan sampel darah pasien talasemia dengan inkubasi dan tanpa inkubasi. hasil yang didapatkan yaitu kompatibel sebesar 64,3%, inkompatibel sebesar 35,7% dengan proses inkubasi begitupun juga proses tanpa inkubasi didapatkan hasil dengan besaran yang sama. Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan antara hasil crossmatch metode column agglutination test dengan inkubasi dan tanpa inkubasi.

References

Akbar, T. I. S.., Riyanti, E. Y., Khairunnisa, K., Wahyuni, H. (2017). Frekuensi Transfusi Darah Tidak Memiliki Hubungan Signifikan dengan Inkompatibilitas Transfusi Darah Pada Pasien Thalassemia. Journal Of The Indonesian Medical Association, 73(4), 183-190.

Amiruddin. (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah. Jakarta: Kemenkes RI.

Anandani, G. M., & Parikh, S. B. (2018). Effect of Pre-Analytic Variables on Prothrombin Time and Activated Partial Thromboplastin Time. Journal of Clinical & Diagnostic Research, 12(7).1-5. https://doi.org/10.7860/JCDR/20 18/32666.11719

Aqila MI, Surialaga S, Santosa D. (2019). Hubungan Frekuensi Transfusi Darah Merah dan Kepatuhan Terapi Kelasi Besi dengan Hepatosplenomegali pada Pasien Talasemia ? Mayor Anak di RSUD Al-Ihsan. 390–7.

Faiza, D., Bestari, ACY., Mayekti, MH. (2022). English Injection Untuk Thalassemia. Pelatihan Bahasa Inggris Untuk Penyandang Thalassemia Di Universitas Nahdatul Ulama Purwokerto.

Fermadani, D., Sukeksi, A., Ariyadi, T. (2017). Perbedaan Hasil Crossmatch Metode Gel Dengan Inkubasi dan Tanpa Inkubasi Pada Pre Transfusi Darah. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Fridawati, V., Triyono, T., Sukoroini, U. (2018). Faktor Kebahayaan Terbentuknya Aloantibodi Pada Pasien Talasemia Yang Menerima Transfusi berulang.

Geni, L. Permana, A. Widyanti, W. (2019). Gambaran Frekuensi Incopatible Auto Control Pada Penderita Talasemia dengan Transfusi Berulang < 10 dan ? 10 Di Rumah Sakit Hermina Jatinegara. Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan, 5(2),p.112-119.

http://journal.thamrin.ac.id/index.php/anakes/issue/view/34

Irmawati, B., Prastowo, A., Supadi, J., Jaelani, M., Yuniarti. (2017). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan asupan makanan pasien thalasemia di RSUD Banyumas. Jurnal Riset Gizi. 5(2)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Talasemia Penyakit Keturunan, Hindari dengan Pencegahan Dini.

Maharani, E. A., Noviar, G. (2018). Buku Ajar Teknologi Laboratorium Medis Imunohematologi dan Bank Darah. Pusat Pendidikan Sumber Manusia Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta

Naomi, A. (2021). Gambaran Besar Angka Cross-Match To Transfusion Ratio (Ctr) Terhadap Jenis Penyakit Pada Pasien Yang Menerima Transfusi Darah Di Rsud Kh. Daud Arif Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Journal of Medical Studies, 1(1), 80-86.

Rojas, B., Wahid, I. (2020). Terapi Transfusi Darah Leukodepleted Pada Pasien Thalassemia. Hum Care J. 5(2):423.

Rujito, L. (2019). Talasemia: Genetika Dasar dan Pengelolaan Terkini.

Purwokerto: Unsoed Press 900 halaman

Saraswati, K.D. Prasetyawati, B. (2019). Buku Ajar Teknologi Bank Darah (TBD) CUB dan Hemovigilance. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI 329 halaman.

Susanto ZA, Harianja E, Salsabila ZZ. (2021). Status Derajat Klinis dan Nilai Hematologis pada Pasien Talasemia Beta di Kota Samarinda Kalimantan Timur. 1(1):8–15.

Sawitri, H., Husna, C. A. (2018). Karakteristik pasien thalasemia mayor di BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2018. Journal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh, 4(2), 62-68.

Wara, S.J.B Firdausu, A.Z. (2020). Pengaruh Transfusi Darah Terhadap Tingkat Berhasilan Hidup Pasien Talasemia. OSF Preprints

Downloads

Published

2024-12-07