TERAPI ELEKTRO KONVULSIF DAN DAMPAK PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN MASALAH UTAMA HALUSIANASI

Authors

  • arlin oktavika maharani Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Arum Pratiwi Departemen Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v5i4.37542

Keywords:

Terapi elektro konvulsif, Skizofrenia, Respon fisiologis dan psikologis

Abstract

Terapi Elektro Konvulsif (ECT) adalah pengobatan somatik yang melibatkan pemberian arus listrik pada otak melalui elektroda yang dipasang di pelipis, dan telah terbukti efektif dalam mengobati pasien dengan depresi yang resisten terhadap pengobatan serta skizofrenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon fisiologis dan psikologis setelah penerapan ECT pada pasien skizofrenia dengan masalah utama halusinasi. Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pendekatan deskriptif naratif. Sampel penelitian terdiri dari 20 pasien yang didiagnosis skizofrenia dengan halusinasi sebagai masalah utama, yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan dua instrumen utama, yaitu data demografis dan semi-structured open-ended questions, melalui wawancara langsung dan tinjauan dokumen medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon fisiologis yang paling umum adalah sakit kepala (65%), sementara sebagian kecil responden mengalami mual (30%) dan muntah (10%). Dari sisi psikologis, 12 responden (60%) mengalami rasa takut dan cemas setelah terapi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa respon fisiologis pada pasien pasca ECT bervariasi, dengan mayoritas pasien mengalami sakit kepala. Sedangkan respon psikologis, meskipun lebih banyak pasien yang merasa takut dan cemas, tidak semua pasien menunjukkan reaksi yang sama. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa semua responden memiliki respon fisiologis yang berbeda dan tidak semua responden yang mengalami respon psikologis takut dan cemas.

References

Afconneri, Y., & Puspita, W. G. (2020). Faktor-Faktor Kualitas Hidup Pasien Skizofrenia. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(3), 273–278.

Budhi, R., Ca, M., Herdaetha, A., & Kusuma, W. (2024). Intervensi Electroconvulsive Therapy ( ECT ) pada Skizofrenia Katatonik. 6(1), 53–58.

Budiarto, E., Rahayu, R., & Fitriani, N. (2022). Predisposing and Precipitating Factors of Schizophrenic Clients with the Risk of Violent Behavior and Hallucination. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 15(2), 17726.

Putri, I. A., & Maharani, B. F. (2022). Skizofrenia: Suatu Studi Literatur. Journal of Public Health and Medical Studies, 1(1), 1–12.

Sarah, Lisanby, & M., S. (2021). Longitudinal Neurocognitive Effects of Combined Electroconvulsive Therapy (ECT) and Pharmacotherapy in Major Depressive Disorder in Older Adults: Phase 2 of the PRIDE Study. Elseiver.

Maixner, D. F., Weiner, R., Reti, I. M., & Hermida, A. P. (2021). Electroconvulsive Therapy Is an Essential Procedure. Am J Psychiatry, 381–382. https://doi.org/10.1176/appi.ajp.2020.20111647

Purohit, R., Sharma, J. G., Meher, D., & Raosaheb, S. (2019). Bartholin’s Gland Eyst Excision Bipolar Forceps Hemostasis Using Hydrodissection and Bipolar Forceps Hemostasis. Department of Obstetrics and Gynecology, 1–3. https://doi.org/10.21608/jgs.2019.3371.1014

Kuntjoro, C. T. (2020). The Rights to Informed Consent to Mental Disorder Patient at Regional Mental Hospital of Dr . Amino Gondohutomo of Central Java Province. Jurnal Hukum Kesehatan, 6(1), 121–142.

Kustanti, E., & Widodo, A. (2008). Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Perubahan Status Mental Klien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 1(3), 3749.

Li, T. C., Shiah, I. S., Sun, C. J., Tzang, R. F., Huang, K. C., & Lee, W. K. (2011). Mirtazapine relieves post-electroconvulsive therapy headaches and nausea: a case series and review of the literature. The journal of ECT, 27(2), 165-167.

Budiarto, E., Rahayu, R., & Fitriani, N. (2022). Predisposing and Precipitating Factors of Schizophrenic Clients with the Risk of Violent Behavior and Hallucination. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 15(2), 17726.

Downloads

Published

2024-12-29