Hernia Inguinalis Permagna : Laporan Kasus

Authors

  • Yusmaidi Yusmaidi Bagian Bedah Digestif RSUD H. Abdul Moeloek Bandar Lampung
  • Ni Made Dewi Puspita Sari Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
  • Wasiatul Ilma Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
  • Agung Ikhsani Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v2i3.2268

Keywords:

hernia, inguinitas

Abstract

Hernia inguinalis permagna merupakan salah satu bentuk hernia yang jarang, umumnya didefinisikan sebagai hernia inguinalis yang ukurannya meluas hingga melebihi titik tengah paha bagian dalam saat posisi berdiri. Penatalaksanaannya menggunakan metode operasi dengan berbagai teknik. Hernia jenis ini tergolong sulit karena butuh pengembalian isi kantong hernia ke dalam rongga abdomen yang biasanya kosong sehingga dapat menyebabkan hipertensi intra abdominal dan kompartemen sindrom abdominal. Ilustrasi Kasus terdapat 2 pasien yaitu : Seorang laki-laki usia 53 tahun datang dengan keluhan munculnya benjolan besar pada lipat paha kiri. Keluhan lain tidak ada. Penatalaksaan pada pasien ini berupa laparotomi, dilanjutkan penguatan canalis inguinalis dengan teknik Bassini dilanjutkan prosedur McVay dan pada kasus kedua yaitu seorang pasien laki-laki usia 53 tahun datang dengan keluhan munculnya benjolan pada lipat paha kiri sejak 19 tahun yang lalu. Seluruh isi katung hernia dikembalikan kedalam rongga abdomen secara manual. Kemudian dilanjutkan dengan teknik Bassiniplasti untuk rekonstruksi, McVay prosedur untuk menguatkan cincin inguinal. Diskusi: Terdapat klasifikasi tentang hernia inguinalis permagna. Teknik operasi yang dapat dilakukan untuk menangani hernia inguinalis permagna juga beragam. Kesimpulan: Hernia inguinalis permagna merupakan kasus jarang, memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar mortalitas dan morbiditas tidak meningkat.

Downloads

Published

2021-09-30

How to Cite

Yusmaidi, Y., Puspita Sari, N. M. D., Ilma, W., & Ikhsani, A. (2021). Hernia Inguinalis Permagna : Laporan Kasus. Jurnal Kesehatan Tambusai, 2(3), 213–222. https://doi.org/10.31004/jkt.v2i3.2268