IDENTIFIKASI BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA SALIVA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS HARAPAN BARU
DOI:
https://doi.org/10.31004/jkt.v4i4.20966Keywords:
Diabetes Melitus, Saliva, Staphylococcus aureusAbstract
Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif, yang menyebabkan disfungsi aliran saliva sehingga mempengaruhi keasaman (pH). Ketidakseimbangan asam-basa pada saliva dapat menciptakan flora normal dalam rongga mulut menjadi patogen, salah satunya bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri S.aureus pada saliva penderita DM tipe 2 di Puskesmas Harapan Baru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel sebanyak 50 sampel saliva penderita DM tipe 2 di Puskesmas Harapan Baru dengan teknik purposive sampling. Saliva diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis. Data dianalisis secara univariat. Berdasarkan karakteristik responden, diketahui 35 responden (70%) dengan usia penderita rentang umur 45 – 59 tahun. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil sebanyak 36 responden (72%) perempuan. Berdasarkan lama menderita DM diketahui 44 responden (88%) dengan rentang 1 – 5 tahun. Berdasarkan riwayat keluarga menderita DM didapatkan hasil yang sama yaitu sebanyak 25 responden (50%) pada ada dan tidak memiliki riwayat menderita DM. Berdasarkan kadar glukosa darah sewaktu didapatkan hasil 100% kadar diatas normal ? 200 mg/dl. Hasil penelitian didapatkan 100% sampel positif terkontaminasi bakteri. Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri Gram positif 94% dan Gram negatif 6%. Persentase sampel positif bakteri S.aureus pada penderita DM adalah 49% dan sampel negatif bakteri S.aureus 51%. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 49% sampel saliva penderita DM positif bakteri S.aureus.References
Ampow, F. V, Pangemanan, D. H. C., & Anindita, P. S. (2018). Gambaran Karies Gigi pada Penyandang Diabetes Melitus di Rumah Sakit Kalooran Amurang. Jurnal E-GIGI, 6(2), 107–111.
Baliga, S., Muglikar, S., & Kale, R. (2013). Salivary pH: A diagnostic biomarker. Journal of Indian Society of Periodontology, 17(4), 461–465. https://doi.org/10.4103/0972-124X.118317
Ebin, P., Putri, A., Made Widyanthari, D., & Juniartha, I. G. N. (2021). Hubungan Kadar Gula Darah Puasa Dengan pH Saliva Pada Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2. Community of Publishing In Nursing, 9(6), 657–662.
Endriani, R., Rafni, E., Siregar, F. M., Setiawan, R. A., & Rasyid, F. (2020). Pola Bakteri Pada Karies Gigi Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 32(1), 34–40.
Endriani, R., Rafni, E., Bet, A., Nabila, H. F., Berlianti, M. P., & Alhadi, D. A. (2022). The Bacteria on Saliva of Diabetes Mellitus Patients in Arifin Achmad General Hospital, Riau Province. NST Proceedings, 49–52. https://doi.org/10.11594/nstp.2022.2808
Fanani, A. (2020). Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Diabetes Mellitus. Jurnal Keperawatan , 12(3), 371–378.
Gaib, Z. (2013). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Terjadinya Kandidiasis Eritematosa Pada Pengguna Gigitiruan Lengkap. Jurnal Ilmiah Kedokteran Gigi, 1(2). https://doi.org/10.35790/eg.1.2.2013.3228
Habibah, U., Ezdha, A. U. A., Harmaini, F., Fitri, D. E. (2019) Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) Dengan Metode Audiovisual Terhadap Self Care Behavior Pasien Diabetes Melitus. Health Care: Jurnal Kesehatan. 8(2), 23-28.
International Diabetes Federation. (2021). IDF Diabetes Atlas 10th edition. www.diabetesatlas.org
Kekenusa, J. S., Ratag, B. T., & Wuwungan, G. (2013). Analisis Hubungan Antara Umur Dan Riwayat Keluarga Menderita DM Dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Penyakit Dalam Blu Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado: Manado.
Kinanthi, P. S., & Santoso, O. (2018). Perbedaan Kondisi Rongga Mulut Penderita DM Tipe 2 Tidak Terkontrol Dan Terkontrol. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(2), 396–405.
Oktaviyani, H. (2016). Identifikasi Bakteri Pada Saliva Pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan Pewarnaan Gram Pada Puskesmas Ciputat Tangerang Selatan. Laporan Penelitian. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Pase, Hutami. P. (2023). “Data Pasien Diabetes Melitus”. Hasil wawancara pribadi: 12 Januari 2023. Puskesmas Harapan Baru.
Putra, I. W., Berawi, K. N. (2015). Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Majority, 4(9), 8 – 12.
Putra, Serli Wijaya Adi. (2020). Hubungan Gaya Hidup (Pola Makan dan Aktivitas Fisik) Dengan Kejadian Diabetes Melitus : Sebuah Tinjauan Sistematik. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada: Palembang.
Putradinata, C. A., & Seri, A. L. (2015). Gambaran Riwayat Diabetes Mellitus Keluarga, Indeks Massa Tubuh Dan Aktivitas Fisik Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Manggis 1 Tahun 2013. E-Jurnal Medika Udayana, 4(5).
Putri, M. H., Sukini, & Yodong. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Gigi-Mikrobiologi (Tahun 2017).
Rafika, Hadijah, S., Ramadani Murtaji, M., Nasir, M., & Pratama, R. (2022). Pertumbuhan Streptococcus spp. pada Mulut Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Analis Kesehatan, 11(2), 71–78.
Saragih, J. A., Purwoningsih, E., Masliana, S., & Rahman, S. (2017). Uji Kandungan Saliva Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/132
Saviqoh, I. D., Hasneli, Yesi., Nopriadi. (2021). Analisis Pola Hidup dan Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Health Care: Jurnal Kesehatan, 10(1), 181-193.
Sawitri, H., & Maulina, N. (2021). Derajat pH Saliva Pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh Yang Mengkonsumsi Kopi Tahun 2020. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Malukussaleh, 7(1), 84–94.
Srimurtini, N. K. (2020). Identifikasi Staphylococcus aureus Pada Rongga Mulut Mahasiswa Dengan Karang Gigi Di Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Denpasar. Karya Tulis Ilmiah. Poltekkes Kemenkes Denpasar: Denpasar.
Subiyanto, Imam. (2018). Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Kejadian DM Tipe 2 Di Poliklinik Penyakit Dalam RSPAD Gatot Subroto Jakarta Pusat Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Keperawatan Orthopedi, 2(2), 106 – 124.
Sumintarti, & Rahman, F. (2015). Korelasi Kadar Glukosa Saliva Dengan Kadar Glukosa Darah Terhadap Terjadinya Kandidiasis Oral Pada Penderita Diabetes Melitus
(Correlation Of Salivary Glucose Level And Blood Glucose Level With Oral Candidiasis in Diabetes Mellitus Patient). Journal of Dentomaxillofacial Science, 14(1), 29–31.
Taylor, T. A., & Unakal, C. G. (2019). Staphylococcus aureus. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/nbk441868/
Tim Bakteriologi. (2021). Modul Praktikum Bakteriologi. Samarinda: Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Wahyuni, S. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Diabetes Melitus (DM) Daerah Perkotaan Di Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007). Skripsi. UNSI Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Walukow, W. G. (2013). Gambaran Xerostomia Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik Endokrin RSUP. Prof dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Kedokteran Gigi, 1(2), 1–5. https://doi.org/10.35790/eg.1.2.2013.3224
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Hutami Putri Pase, Sresta Azahra, Tiara Dini Harlita

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work’s authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).


