PEMBERIAN DIET DIABETES MELLITUS B1 PADA PASIEN HEMAPTO EC TB, MYOSITIS PARU, DAN DIABETES MELLITUS TIPE II
DOI:
https://doi.org/10.31004/jkt.v5i3.33316Keywords:
Diet DM B1, diabetes mellitus tipe II, hemapto ec TB, myositis paruAbstract
Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolic yang disebabkan adanya peningkatan kadar gula darah karena adanya resistensi insulin. Pasien dengan menderita diabetes mellitus memiliki risiko mengalami penyakit tuberkulosis karena adanya peningkatan kadar gula darah yang tinggi dan resistensi insulin yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi fungsi sistem imun tubuh khususnya makrofag dan limfosit. Proses asuhan gizi terstandar dilakukan dengan pemberian diet DM B1 untuk membantu proses pembentukan hemoglobin sehingga dapat mengalami peningkatan karena dalam diet DM B1 mengandung diet dengan tinggi protein. Studi kasus dilakukan pada bulan September 2023 pada pasien rawat inap di Rumah Sakit X Gresik. Metode yang digunakan berupa observasi selama 3 hari dengan memperhatikan 9 kali makan pasien menggunakan food recall 24h, aspek antropometri dengan mengukur berat badan untuk mengetahui status gizi pasien dan pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) dan tinggi lutut, aspek fisik/klinis, aspek bioimia melalui rekam medis, dan pemberian edukasi sesuai dengan penyakit dan diet yang diberikan selama berada di rumah sakit dengan ceramah diikuti pemberian media lealet. Berdasarkan hasil intervensi gizi, diperoleh asupan makan gizi makro mulai dari energi, lemak, dan karbohidrat sudah mampir memenuhi target yang telah ditetapkan, sedangkan pada protein hampir memenuhi target yang ditetapkan. Berdasarkan hasil antropometri tidak terdapat perubahan pada pengukuran tinggi lutut dan lingkar lengan atas karena intervensi yang dilakukan dalam kurun waktu yang tidak lama sehingga tidak terdapat perubahan secara signifikan.References
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa.
Kemenkes RI. (2022). Diabetes Melitus adalah Masalah Kita. Diakses pada tanggal 16 Agustus 2024 melalui website : https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1131/diabetes-melitus-adalah-masalah-kita.
Nalapraya W. Y., Pradipta J., Mokoagow M. I., Burhan E. (2020). Diabetes Melitus Tipe 2 dan Risiko Terjadinya Heoptisis pada Tuberkulosis Paru : Kajian Kasus Kontrol. Jurnal Respirologi Indonesia, 40(3), pp. 144 – 149.
Nurdianty R., Syafina I., Putra D.D., Suryani D. (2021). Gambaran Foto Toraks Pasien Penyakit Paru yang Mengalami Hemoptisis Periode Februari – Juni 2018 di RSUD Dr. Pirngadi Meda. Jurnal Ilmiah Simantek, 5(3), pp. 104 – 107.
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. PB. PERKENI.
Rasmin M. (2009). Hemoptisis. Jurnal Respirologi Indonesia, 29(2), pp. 1 – 4.
Sengka D., Ngantung D., Mahama C. (2011). Profil Gula Darah Sewaktu (GDS) dan Gula Darah Puasa (GDP) Pasien Stroke dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 yang di Rawat Inap di Bagian Neurologi Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari – Desember 2011.
Tjokroprawiro, A. 2012. Garis Besar Pola Makan dan Pola Hidup sebagai Pendukung Terapi Diabetes Mellitus. Plenary Leacture, pp. 11–13
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Imtiyaz
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work’s authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).