STUDI ETNOMEDISIN PENGOBATAN TRADISIONAL PADA MASYARAKAT DI DESA SAMBORI KECAMATAN LAMBITU KABUPATEN BIMA

Authors

  • Bunga suryani Universitas Mataram
  • Kurniasih Sukenti Universitas Mataram
  • Agriana Rosmalina Hidayati Universitas Mataram

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v5i3.32926

Keywords:

Desa Sambori, Etnomedisin, Indeks of Cultural Significant. Fidelity Level, Factor of Informant Consensus.

Abstract

Desa Sambori merupakan Desa yang berada di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat yang masih melestarikan warisan pengobatan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan dan nilai kepentingan suatu tumbuhan yang digunakan sebagai ramuan pengobatan tradisional di Desa Sambori, Kabupaten Bima. Pemilihan informan dilakukan dengan metode snowball sampling non diskriminatif dan wawancara dilaksanakan secara semi-terstruktur. Informan merupakan hattra atau biasa disebut sando oleh masyarakat Bima yang memiliki pengetahuan terkait pengobatan tradisional. Data yang dikumpulkan berupa karakteristik informan, cara pembuatan, cara penggunaan, frekuensi penggunaan, khasiat ramuan, dosis, dan herbarium. Nilai kepentingan tumbuhan dianalisis menggunakan Cultural Significant Indeks (CSI), Fidelity Level (FL), dan Factor of Informant Consensus (FIC).  Hasil penelitian menunjukkan karakteristik informan rata-rata berusia >40 tahun (57,14%). Terdapat 27 ramuan dari 38 spesies tumbuhan. Cara pembuatan ramuan obat antara lain ditumbuk, dikunyah, dan direbus. Adapun cara pemakainnya yaitu diminum, dioles, dikunyah, dan diletakkan pada bagian konjungtiva palpebral. Frekuensi penggunaan ramuan pengobatan tradisional ini paling banyak yaitu 3 x sehari. Tumbuhan dengan nilai CSI tertinggi yaitu Curcuma longa Linn dengan nilai CSI 6, Curcuma heyneanae Val. dan Psidium guajava L. dengan nilai CSI 3,42. Nilai FL tertinggi yaitu pada spesies Piper retrofractum Vahl. dan Syzygium aromaticum L. sebesar 60%. Nilai FIC tertinggi yaitu pada pengobatan pasca melahirkan sebesar 0,368. Dari data nilai pemanfaatan yang tertinggi maka perlu dilakukan penelitian dan eksplorasi lebih lanjut terkait efek farmakologi dari tumbuhan Piper retrofractum Vahl. dan Syzygium aromaticum L. dalam pengobatan pemulihan pasca melahirkan.

References

Apel, A. jefri, Adina, P., Adwin, N. ihratul, Anggriani, F., Riyanti, S., Rahhmawati, Hidayah, N., Putri, Saati, & Fariansah. (2023). Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional Sebagai Kearifan Lokal Masarakat Kawasan Wisata Air Terjun Kabupaten Bima. Jurnal Sains Dan Terapan, 2(1), 15–24. https://jurnal.jomparnd.com/index.php/js/article/view/431

Arasti. (2021). Studi Etnobotani Tumbuhan Obat pada Masyarakat Lokal Kabupaten Bima Sebagai Sumber Belajar Hayati (Issue 4).

Aulia, T. A. (2021). Studi Etnomedisin dan Skrinning Fitokimia Tumbuhan Obat untuk Ibu Hamil, Pasca Melahirkan, dan Menyusui di Desa Luhurjaya, Bintangresmi, dan Haurgajrug, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., Mi, 1–80.

Cahyani, N. M. E. (2014). Daun Kemangi (Ocinum Cannum) Sebagai Alternatif Pembuatan Handsanitizer. 9(37), 136–142.

Chattopadhyay, I., Biswas, K., Bandyopadhyay, U., & Banerjee, R. K. (2004). Turmeric and curcumin: Biological actions and medicinal applications. Current Science, 87(1), 44–53.

Dani, B. Y. D. (2019). Pengembangan Booklet Etnobotani Tanaman Kelor (Moringa oleifera Lam.) Sebagai Sumber Belajar Biologi Materi Keanekaragaman Hayati Kelas X di SMA Islam Raudlatul Falah Bermi Gembong Pati. Skripsi, 1–183.

Evizal, R. (2013). Status Fitofarmaka dan Perkembangan Agroteknologi Cabe jawa (Piper Retrofractum Vahl.). Jurnal Agrotropika, 18(1), 34–40.

Handayani, A. (2015). Pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat. 1(September), 1425–1432. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010628

Jumiarni, W. O., & Komalasari, O. (2017). Eksplorasi Jenis dan Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Suku Muna di permukiman Kota Wuna. 1, 45–56.

Kristiyanto, J., Mamosey, W., & Damis, M. (2020). Budaya Pengobatan Etnomedisin di Desa Porelea Kecamatan Pipikoro Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Jurnal Holistik, 13(1), 1–15.

Megawati. (2012). Studi Etnofarmasi Tanaman Obat di Desa Risa Kecamatan Woha Kabupaten Bima. VI(1), 63–68.

Mutmainna, Amalia, N., & Irianti, E. C. (2022). Pengobatan Tradisional. Jurnal Kesehatan, 1(1), 32–41. http://journal.iaialmawar.ac.id/index.php/JKUSIMAR/article/view/320

Nasution, J., Riyanto, & Chandra, R. H. (2020). Kajian Etnobotani Zingiberaceae Sebagai Bahan Pengobatan Tradisional Etnis Batak Toba Di Sumatera Utara. Media Konservasi, 25(1), 98–102. https://doi.org/10.29244/medkon.25.1.98-102

Nurlatifa. (2021). Kearifan lokal masyarakat adat Sambori sebagai penguat identitas nasional. Pendidikan Sosial Keberagaman, 8(2), 17–28. https://juridiksiam.unram.ac.id/index.php/juridiksiam%0A

Sari, L. Y. S., Setiana, F. D., & Setyawati, R. (2019). Etnobotani Tumbuhan Ritual yang digunakan pada Upacara Jamasan di Keraton Yogyakarta (Etnobotany Ritual Plants that used on Jamasan Ceremony in Yogyakarta Palace). Jurnal Biologi Makassar, 4(2), 99–106.

Suriansyah, A. (2019). Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Gunung Tambora di Desa Kawinda To’i Kecamatan Tambora Kabupaten Bima. 1–54.

Triyono, B. (2014). Perbedaan Tampilan Kolagen di Sekitar Luka Insisi pada Tikus Wistar yang Diberi Infiltrasi Penghilang Nyeri Levobupivakain dan Yang Tidak Diberi Levobupivakain. Materials, 18(3), 1–19. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-Biosains Vol 14 No 3 September 2012-3.

Zulharman, Yaniwiadi, B., & Batoro, J. (2015). Etnobotani Tumbuhan Obat dan Pangan Masyarakat Suku Sambori Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat Indonesia. Natural-B, 3(2), 198–204. https://doi.org/10.21776/ub.natural-b.2015.003.02.15

Downloads

Published

2024-09-13