HUBUNGAN ANTARA KETERSEDIAAN SUMBER AIR MINUM, SANITASI DAN PENGELOLAAN SAMPAH TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA ANAK DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS TEMPEH

Authors

  • Nindia Puteri Nindi Kesehatan Lingkungan, STIKES Widyagama Husada Malang
  • Devita Sari Kesehatan Lingkungan, STIKES Widyagama Husada Malang
  • Rudy Joegijantoro Kesehatan Lingkungan, STIKES Widyagama Husada Malang

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v5i3.31426

Keywords:

Air Minum, Sanitasi, Pengelolaan Sampah, Stunting

Abstract

Prevalensi stunting berdasarkan hasil studi status gizi Indoneisa (SSGI) tahun 2021 menunjukkan angka prevalensi stunting di 34 provinsi berada pada kisaran 10,9 % dan 37,8%. Data stunting di wilayah kerja Puskesmas tempeh tahun 2020 jumlah angka stunting yaitu sebanyak 240 anak, tahun 2021 jumlah angka stunting sebanyak 195 anak, tahun 2022 jumlah angka stunting sebanyak 154 anak, tahun 2023 jumlah angka stunting sebanyak 142 anak. Sedangkan, tahun 2024 jumlah angka stunting sebanyak 145 anak. Jadi, tahun tertinggi jumlah angka stunting ada di tahun 2020 sebanyak 145 anak. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan antara ketersediaan air minum bersih, sanitasi yang layak, dan pengelolaan sampah yang baik dengan penurunan kasus stunting pada anak di wilayah kerja UPT Puskesmas Tempeh. Desain penelitian ini analitik observasional dengan pengumpulan data kuantitatif melalui pendekatan case control. Jumlah sampel pada penelitian ini sampel kasus sebanyak 59 anak ditambah sampel kontrol sebanyak 59 anak. Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan antara tempat pembuangan kotoran (jamban) terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,127 OR 2,073). Variabel CTPS ada hubungan antara CTPS terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,002 OR 0,282). Variabel ketersediaan air minum da hubungan antara ketersediaan air minum terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,002 OR 0,449). Variabel pengelolaan sampah rumah tangga ada hubungan antara pengelolaan sampah rumah tangga terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,002 OR 0,282). Variabel SPAL ada hubungan antara SPAL terhadap kejadian stunting pada anak (P-value 0,007 OR 0,282).

References

Hasanah, S., Handayani, S., & Wilti, I. R. (2021). Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Indonesia (Studi Literatur). Jurnal Keselamatan Kesehatan Kerja Dan Lingkungan, 2(2), 83–94. https://doi.org/10.25077/jk3l.2.2.83-94.2021

Mariana, R., & Nuryani, D. D. (2021). Hubungan sanitasi dasar dengan kejadian stunting di wilayah kerja puskesmas Yosomulyo kecamatan Metro pusat kota Metro tahun 2021. JOURNAL OF Community …, 1–18. http://e-jurnal.iphorr.com/index.php/chi/article/view/99

Oktarina, Z., & Sudiarti, T. (2014). Faktor Risiko Stunting Pada Balita (24—59 Bulan) Di Sumatera. Jurnal Gizi Dan Pangan, 8(3), 177. https://doi.org/10.25182/jgp.2013.8.3.177-180

Opu, S., & Hidayat, H. (2021). Hubungan Sanitasi Total Berbasis Msayarakat (Stbm) Dengan Upaya Penurunan Angka Stunting Pada Balita. Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika Dan Masyarakat, 21(1), 140. https://doi.org/10.32382/sulolipu.v21i1.1967

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. In Implementation Science (Vol. 39, Issue 1, pp. 1–24). Soeracmad, Y., Ikhtiar, M., & Agus, B. S. (2019). Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Balita Di Puskesmas Wonomulyo Kabupaten polewali Mandar Tahun 2019 Relationship of Household Environmental Sanitation with Stunting Occurrence in Toddler Children in Wonomulyo He. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 138–150.

Downloads

Published

2024-09-04