FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT CACINGAN PADA ANAK UMUR 6-10 TAHUN DI DESA RIKIT GAIB KABUPATEN GAYO LUES,ACEH
DOI:
https://doi.org/10.31004/jkt.v5i3.30916Keywords:
Mencuci Tangan, Menjaga Kebersihan Makanan, Pemberian Obat Cacing, Perilaku Pencegahan Penyakit CacinganAbstract
Penyakit cacingan banyak ditemukan di daerah dengan kelembaban tinggi terutama pada kelompok masyarakat dengan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Anak-anak merupakan golongan yang sering terkena infeksi cacing karena sering berhubungan dengan tanah. Dampak infeksi cacingan terhadap kesehatan karena adanya cacing dalam usus akan menyebabkan kehilangan zat besi sehingga menimbulkan kekurangan gizi dan anemia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit cacingan pada anak umur 6-10 tahun di Desa Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues. Penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak umur 6-10 tahun di Desa Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues. Sampel berjumlah 58 responden menggunakan teknik accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan 26-31 Juli dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square melalui SPSS. Hasil analisis univariat 56,9% perilaku pencegahan penyakit cacingan responden kurang baik, 48,3% tidak ada mencuci tangan, 44,8% tidak ada memotong kuku, 43,1% tidak ada menggunakan alas kaki, 43,1% tidak ada menjaga kebersihan makanan, 67,2% tidak ada pemberian obat cacing. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan mencuci tangan (p-value 0,000), memotong kuku (p-value=0,000), menggunakan alas kaki (p-value=0,011), menjaga kebersihan makanan (p-value=0,031) dan pemberian obat cacing (p-value=0,000) dengan perilaku pencegahan penyakit cacingan pada anak umur 6-10 tahun di Desa Rikit Gaib Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan adanya hubungan mencuci tangan, memotong kuku, penggunaan alas kaki, menjaga kebersihan makanan, dan pemberian obat cacing dengan perilaku pencegahan penyakit kecacingan pada anak usia 6-10 tahun di Desa Rikit Gaib, Kecamatan Rikit Gaib, Kabupaten Gayo Lues.References
Acmadi, R. (2018). Hubungan antara higine perorangan dengan infeksi cacing usus (STH) pada siswa Sekolah Dasar Negeri 25 dan 28 Kelurahan Purus Kota Padang Sumatera Barat.
Aziz, S. (2020). Hubungan antara status sosial ekonomi dengan kejadian kecacingan pada anak sekolah dasar di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara (Tesis, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan).
Biksara, D. (2019). Kasus kecacingan pada murid sekolah dasar di Kecamatan Mentewe Tanah Bumbu Kalimantan Selatan tahun 2010. Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat.
Chadijah, S. (2019). Hubungan pengetahuan, perilaku, dan sanitasi lingkungan dengan angka kecacingan pada anak sekolah dasar di Kota Palu. Media Litbangkes.
Dahlan. (2018). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Denai, Wahyuni. (2021). Hubungan hiegine perorangan dengan kecacingan pada murid SD Negeri Abe Pantai Jayapura. Universitas Cendrawasih.
Devi, M., & Tampubolon. (2018). Hubungan personal hiegiene dan tingkat kecukupan makanan terhadap infeksi kecacingan pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan tahun 2018 (Tesis, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan).
Didik, S. (2019). Hubungan sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar. Jurnal Kesehatan.
Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh. (2020). Rekapitulasi kasus cacingan di Kota Banda Aceh. Banda Aceh: Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh.
Eureka, Y. K. (2020). Beberapa faktor yang berhubungan dengan infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada murid SD Negeri 06 Kecamatan Pinggir Kabupaten Bengkalis tahun 2020 (Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan).
Fatchatin, I. (2019). Perilaku orang tua tentang pencegahan cacingan pada anak di SDN 2 Pomahan Pulung. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Fatima, S. A. (2021). Gejala cacingan pada anak dan cara mencegahnya. Hermina Jatinegara.
Gandahusada. (2022). Parasitologi kedokteran (Edisi II). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hendrawan. (2019). Hubungan pengetahuan, perilaku, dan sanitasi lingkungan dengan angka kecacingan pada anak sekolah dasar di Kota Palu. Media Litbangkes.
Hidayat, B. (2018). Prevalensi Soil Transmitted Helminth (STH) pada anak sekolah dasar di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang.
Ideham, B., & Gandahusada. (2018). Helmintologi kedokteran. Surabaya: Airlangga University Press.
Isro’in, M. (2022). Pendidikan kesehatan untuk sekolah dasar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Juliansyah. (2022). Kejadian kecacingan pada siswa sekolah dasar negeri Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Komunitas.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman pengendalian cacingan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Sistem kesehatan nasional.
Mahfuddin. (2004). Prevalensi cacing usus pada murid sekolah dasar wajib belajar pelayanan terpadu pengentasan kemiskinan daerah kumuh di wilayah DKI Jakarta. Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan.
Margono, Y. (2022). 45 penyakit yang sering hinggap pada anak. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Nursalam, Dr. (2018). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Onggowaluyo. (2012). Prevalensi cacing usus pada murid sekolah dasar wajib belajar pelayanan terpadu pengentasan kemiskinan daerah kumuh di wilayah DKI Jakarta. Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan.
Pusarawati. (2018). Hubungan pengetahuan, perilaku, dan sanitasi lingkungan dengan angka kecacingan pada anak sekolah dasar di Kota Palu. Media Litbangkes.
Ridhayani, A. (2022). Hubungan aspek personal hygiene dan aspek perilaku dengan kontaminasi telur cacing pada kuku siswa kelas 3, 4 dan 5 di SDN 2 Rajabasa Kabupaten Bandar Lampung tahun ajaran 2021/2022. Jurnal Kesehatan Unila.
Satarii. (2020). Hubungan personal hygiene dengan cacingan pada anak di wilayah kerja Puskesmas Tamangapa Antang Makassar (Skripsi, Universitas UIN Alauddin Makassar).
Soedarto, D. (2014). Atlas helminthologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soedarto. (2022). Pengobatan penyakit parasit. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiyono, Dr. (2022). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Sumanto. (2019). Hubungan sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar. Jurnal Kesehatan.
Supali, Utama. (2020). Parasitologi kedokteran (Edisi ke-4, Cetakan II). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Utama. (2019). Parasitologi kedokteran (Edisi ke-4, Cetakan II). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
World Health Organization. (2018). Soil-transmitted helminth infection: Fact sheet No 366 (Updated June 2018). WHO.
Yulianto, E. (2022). Hubungan higiene sanitasi dengan kejadian penyakit cacingan pada siswa sekolah dasar negeri Rowosari 01 Kecamatan Tembalang Kota Semarang tahun ajaran 2021/2022.
Zaidini Umar. (2022). Hubungan sanitasi lingkungan rumah terhadap kejadian infeksi kecacingan pada anak sekolah dasar. Jurnal Kesehatan
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Rahmi Cakrawati, Radhiah Zakaria, Nopa Arlianti
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work’s authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal’s published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).