UJI TOKSISITAS UJI TOKSISITAS SUB KRONIK EKSTRAK ETANOL BIJI KETUMBAR (CORIANDRUM SATIVUM L) TERHADAP FUNGSI HATI DAN GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN (RATTUS NORVEGICUS) SUB KRONIK EKSTRAK ETANOL BIJI KETUMBAR (CORIANDRUM SATIVUM L) TERHADAP FUNGSI HATI DAN GINJAL TIKUS PUTIH JANTAN (RATTUS NORVEGICUS)

Authors

  • Enjellika Yemina Br. Sinulingga Program Studi Farmasi Klinis, Fakutas Kedokteran, Kedokteran Gigi Ilmu Kesehatan, Universitas Prima Indonesia, Medan Sumatera Utara, Indonesia
  • Nerly Juli Pranita Simanjuntak Program Studi Farmasi Klinis, Fakutas Kedokteran, Kedokteran Gigi Ilmu Kesehatan, Universitas Prima Indonesia, Medan Sumatera Utara, Indonesia
  • Muhammad Yunus Program Studi Farmasi Klinis, Fakutas Kedokteran, Kedokteran Gigi Ilmu Kesehatan, Universitas Prima Indonesia, Medan Sumatera Utara, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v5i3.29555

Keywords:

Subchronic Toxicity Test, Coriander Seed Extract (Coriandrum sativum L), Rat Blood Biochemical Parameter Test, Liver and Kidney Histopathology

Abstract

Biji ketumbar (Coriandum Sativum L.) adalah tumbuhan dapat memiliki manfaat sebagai antioksidan, antikanker, antikonvulsan, antidiabetes, analgesic, dan antiinflamasi. Untuk mengentahui dampak negatif konsumsi biji ketumbar pada organ bila digunakan dalam batas tempo yang lama, karena itu perlu dilakukan studi toksisitas subkronis biji ketumbar pada tikus putih. Studi toksisitas subkronis melakukan pengujian pada hewan dengan dikasih dosis secara setiap hari sewaktu 28 hari. Penelaah mengamati beberapa parameter, termasuk berat badan tikus, analisis biokimia darah, serta perubahan besar pada organ hati dan ginjal. Selanjutnya, data tersebut dianalisis menggunakan metode One Way Anova. Jika ditemukan kelainan yang signifikan, dilakukan lanjutan Post Hoc. Alhasil analisis statistic menunjukan adanya kelainan yang signifikan pada berat badan tikus putih jantan dan biokimia darah tikus (sig.<0.05). Pada perlakuan memberi dosis 400mg/kgBB dan 500mg/kgBB menunjukan efek toksik terhadap fungsi organ hati dan ginjal tikus. Pemeriksaan histopatologi organ hati menunjukan terdapat kerusakan hati yang dicatat pada kata piknosis, sinusoid, dan pendarahan vena sentral. Pada histopatologi organ ginjal menunjukan terdapat kerusakan ginjal yang dicatat pada kata pelebaran ruang bowman dan pelebaran vena arteri interlobaris.

References

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).2014.Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo.Jakarta: BPOM RI.

BPOM. (2014). Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan no 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinis Secara In Vivo. Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, 1-165.

Hijriah, N. M., Filianty, F., & Nurhasanah, S. (2022). Potensi Minyak Atrisi Daun Ketumbar (Coriandrum sativum L.) sebagai Pendukung Pangan Fungsional: Kajian Literature. Jurnal Teknotan, 16(1),43. DOI: 10.24198/jt.vol116n1.8.

Mussarat S, Abdel-Salam NM, Tariq A, Wazir SM, & Ullah R, A. M. (2014). Use of ethnomedicinal plants by the poople living around indus river. Evidence Based and Complementary Alternative Medicine., 1-14. DOI:10.1155/2014/212634.

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2022 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Preklinik Secara In Vivo.

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo.

Ridwan, Y., Satrija, F., & Handharyani, E. (2020). Toksisitas akut Ekstrak Daun Miana (Coleus Blumei Benth) pada Mencit (Mus Musculus). Acta VETERINARIA Indonesia, 8(1), 55-61.

Downloads

Published

2024-08-22