TATALAKSANA PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR PASIEN POST SC DISERTAI DEHISENSI LUKA OPERASI

Authors

  • Selviana Khoirun Nisak Departemen Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v5i2.29261

Keywords:

asuhan gizi, tinggi kalori tinggi protein, dehisensi luka, operasi sc

Abstract

Pasien setelah operasi membutuhkan perawatan gizi khusus untuk mempercepat penyembuhan luka, pemulihan, dan mencukupi kebutuhan gizi. Perawatan gizi standar dilakukan dengan memberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh, menurunkan kadar sel darah putih, meningkatkan kadar albumin, serta membuat berat badan berada pada rentang normal.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi PAGT dan pemberian diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) pada pasien post SC disertai dengan dehisensi luka operasi. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2023 pada pasien rawat inap RS X Gresik menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Berdasarkan tiga hari intervensi yang sudah dilakukan, didapatkan bawah rata-rata asupan pasien dalam kurun waktu tiga hari intervensi antara lain energi 1088,8 kkal (67,2%) yang terkategori defisit berat, protein 52,5 gr (63,1%) yang terkategori defisit berat, lemak 34,1 gr (76,1%) yang terkategori defisit sedang, dan karbohidrat 155 gr (70,3%) yang terkategori defisit sedang. Asupan pasien terkategori defisit karena pasien masih mengeluhkan badan lemas dan nyeri pada luka operasi.

References

AKG. (2013). Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013.

Almatsier, S. (2010). Penuntun Diet Edisi Baru. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ambarwati, dan Diah, W. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.

Astuti. (2013). Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Undaan Lor Kabupaten Kudus. Jurnal Stikes Muhammadiyah Kudus.

Dharma. (2013). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Haryanti, L., Pudjiadi, A. H., Ifran, E. K. B., Thayeb, A., Amir, I., & Hegar, B. (2016). Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-bedah. Sari Pediatri, 15(4), 207.

Hasdiah, H., Sandu, S., (2012) Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Manuaba,I.B.G., (2010). Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

Marlina. (2016). Faktor Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Imanuel Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan.

Mochtar. (2012). Nyeri Persalinan. Pustaka Ilmu. Jakarta.

Nurani, Dian, dkk. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Proses Penyembuhan Luka Post Sectio Caesarea. Jurnal Ilmu Kesehatan Keperawatan Volume 7 No 1.

Oxorn, Harry William R Forte, (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. (2012). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Rohmin, A., Octariani, B., & Jania, M. (2017). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Lama Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post Partum. Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 3, 449-454.

Supariasa, I Dewa Nyoman dan D. Handayani. (2019). Asuhan Gizi Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sediaoetama. (2010). Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat.

Downloads

Published

2024-06-29

Issue

Section

Articles