FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Authors

  • Dempi Triyanti STIK Bina Husada Palembang
  • Rika Oktapianti STIK Bina Husada Palembang

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v4i4.18563

Keywords:

BBLR, jarak kehamilan, Kehamilan ganda, Paritas

Abstract

Angka kematian bayi menjadi indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi BBLR meliputi gizi saat hamil kurang, umur ibu (<20 tahun dan > 35 tahun), jarak kehamilan terlalu dekat, penyakit menahun, hidramnion, kehamilan ganda, cacat bawaan dan infeksi dalam rahim, paritas, status ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan ibu. (Akb Indonesia, 2012) Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, pada tahun 2015 didapatkan dari 1250 bayi terdapat 140 bayi (11,2%) dengan BBLR dan pada tahun 2016 didapatkan dari 1318 bayi terdapat 158 bayi (11,9%) dengan BBLR. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Sampel diambil secara purposive sampling yaitu sebanyak 59 bayi BBLR dan 59 bayi tidak BBLR dengan menggunakan data sekunder. Hasil penelitian Umumnya ibu yang melahirkan di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang mempunyai jarak kehamilan yang tidak beresiko untuk melahirkan yaitu sebanyak 81 orang (68,6%), 23 ibu (19,5%) dengan multipara, dan 27 bayi kembar (22,9%) yang lahir di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Kesimpulan. Ada hubungan antara jarak kehamilan ibu dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan nilai P=0,000. Tidak ada hubungan antara paritas dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan nilai P=1,000 Ada hubungan antara kehamilan kembar dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan nilai P=0,016.

References

Akb Indonesia. (2012). Survei Demografi Kesehatan Indonesia.

Arinnita, I. (2012). Hubungan Pendidikan dan Paritas Ibu dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hosein Palembang Tahun 2011.

Asiyah, S. (2010). Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Sampai Tribulan II Tahun 2009 Di kota Kediri.Jurnal Kesehatan suara Forikes.

Damanik, S. . (2010). Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi.

Dinkes Kota Palembang. Profil Kesehatan Kota Palembang. Palembang : Dinkes Kota Palembang www.dinkes.palembang.go.id

Harida, M. (2010). Hubungan Usia Ibu dan Paritas Dengan Kejadian Bayi berat Lahir Rendah Pada Bayi Baru Lahir Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2010. KTI. Padangsidimpuan: Akademi Kebidanan Sentral.

Kawai et al. (2010). Maternal multiple micronutrien supplementation and pregnancy outcomes in developing countries: meta analysis and meta regression. Bulletin WHO.89: 402 – 411B.

Kemenkes RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta?: Kementerian Kesehatan RI. 2015.

Kosim MS, et al. (2013). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta?: Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Mardiawati, D. (2012). Hubungan Konsumsi Kafein pada Ibu Hamil Trimester III dengan Berat Bayi Lahir, APGAR SCORE, Plasenta di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2011.

Michele, B. 2010. Caffeine During Pregnancy. http://ezinearticles.com/expert = Dr. Michele Brown OBGYN diakses pada 12 januari 2013.

Profil Kesehatan Kota Palembang. Palembang?: Dinkes Kota Palembang. (2012). www.dinkes.palembang.go.id

Rahmi. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di RSIA Pertiwi Makassar.

Suririnah. (2012). Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta?: EGC.

Weng, X, Odouli, R., Li, DK 2008. Maternal Caffeine Consumption During Pregnancyand The Risk of Miscarriage: A Prospective Cohort Study. AmericanJournal of Obstetrics and Gynecology.198(3): 279:e. 198 (3): 279: e.

Downloads

Published

2023-09-29