DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

Authors

  • Fatin Farhana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh, Indonesia
  • Rahmadhaniah Rahmadhaniah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh, Indonesia
  • Nopa Arlianti Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Aceh, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.31004/jkt.v4i3.17223

Keywords:

karbohidrat, kolostrum, pengetahuan, stunting

Abstract

Laporan Puskesmas Meureudu tahun 2021 bahwa sebesar 19,46% balita mengalami stunting. Balita yang mengalami stunting akan memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia >6-59 bulan di Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya tahun 2022.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat analitik observasional dengan menggunakan pendekatan Desain Case Control untuk mengetahui apakah terdapat hubungan asupan karbohidrat, kolostrum, pengetahuan ibu, dan kesehatan lingkungan terhadap kejadian stunting pada balita usia >6-59 bulan di wilayah kerja puskesmas Meureudu Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Sampel terdiri dari sampel kasus berjumlah 100 responden dan sampel kontrol berjumlah 100 responden. Pengumpulan data dilakukan 13 Juli s/d 28 juli 2022 dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara. Analisis data  menggunakan uji Chi-Square. aplikasi nutrisuervey dan aplikasi PSG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan asupan karbohidrat terhadap kejadian stunting dengan P-Value sebesar 0,000. Kemudian untuk variabel kolostrum, pengetahuan ibu, dan kesehatan lingkungan diperoleh hasil tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting di Puskesmas Meureudu. Hasil P-Value untuk kolostrum, pengetahuan ibu, dan kesehatan lingkungan masing-masing adalah 0,774, 0,471, dan 0,570. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel asupan karbohidrat memiliki hubungan dengan stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Meureudu tahun 2022.

References

Aisah. S. (2019). Personal hygiene dan sanitasi lingkungan berhubungan dengan kejadian stunting di Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu, Vol. 1, No1.

Almatsier. (2015). Prinsip Dasar Ilmu Gizi edisi ke 9. Jakarta: Gramedia.

Amelia. (2019). Hubungan Pemberian Kolostrum Dengan Kejadian Stunting Di Posyandu Desa Bonde. Jurnal Kesehatan.

Anggraini. Y. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(2), 902.

Anriani. V. (2019). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada Balita (12-59 Bulan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Waara Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Aridiyah. (2018). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan. E-Journal, Pustaka Kesehatan.

Arwinda. (2022). hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian stunting pada anak balita (0-59) bulan di nagari balingka kecamatan IV koto kabupaten Agam. Jurnal Ners, Vol.6, No.1, T.

Ayuningtyas. dkk. (2018). Asupan zat gizi makro dan mikro terhadap kejadian stunting pada balita. Jurnal Kesehatan, Vol.9, No.3.

Dewi dan Tri. (2022). Hubungan antara kesehatan lingkungan dengan kejadian stunting di wilyah puskesmas kalasan kabupaten sleman. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol.21, No.2.

Dinkes Aceh. (2018). Profil Kesehatan Aceh Tahun 2018. Aceh: Dinkes Aceh.

Fathiyya.A. (2022). Faktor Resiko Kejadian Stunting Anak Balita 12-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Pati Kabupaten Limapuluh Kota Tahun 2021. Doctoral dissertation. Universitas Perintis Indonesia.

Feni. (2021). Hubungan sanitasi lingkungan dan pengetahuan dengan kejadian stunting pada balita di wilayah puskesmas Rambah. Jurnal Kesehatan Global, Vol.4, No.1.

Gibney. (2016). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Retrieved from https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf

Nadiyah. N. (2014). Faktor risiko stunting pada anak usia 0—23 bulan di Provinsi Bali, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi Dan Pangan, 9(2).

Pertiwi. F. D. (2021). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Riwayat Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Balita. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 10(04), 20.

Putri.Z.A. (2019). Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 0-59 Bulan Diwilayah Kerja Puskesmas Kumanis Kabupaten Sijunjung Tahun 2019. In Doctoral dissertation. Padang: Stikes Perintis Padang.

Sakona. Y. (2021). Hubungan Pengetahuan dan Kemandirian Keluarga Terhadap Kejadian Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Sabulakoa Kabupaten Konawe Selatan. Indonesian Journal of Intellectual Publication, 2(1), 26–3.

Sediaoetama. (2015). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Septikasari. (2018). Status Gizi Anak dan Faktor yang Mempengaruhi. Yokyakarta.

Supariasa. (2017). Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. Jakarta: EGC.

Susilowati & Kuspriyanto. (2016). Waspada Terhadap Kelebihan dan Kekurangan Gizi. Lampung: Ghalia.

UNICEF / WHO / World Bank Group. (2020). Joint Child Malnutrition Estimates Key Findings.

Downloads

Published

2023-09-22